Saturday, November 21, 2015

The Untouchable Light

So this is my story. I’ve been thingking about this verse – the title- even since i was in high school. I was always fascinated by the word of “light”, or meaning “cahaya”. It’s not the only that the word correlates with ne of the special things in my life, but also because of the idea and the meaning of the word itself. Light is something that we, human, always need. I can’t imagine how life will be without light. Can we? Dark. Cold. Gloomy. So i like the idea of the light’s existance, literally or methaporically. But the i realized one thing that the light is something we cannot touch. No matter how hard we try to catch it. And it’s gonna be the longest post i write, i guess.

Why do i love the word “light”? because it reminds me of one of my old friend, my special friend, to be honest. His name is Cahyo, which if you know it is the Javenese word of “cahaya” or “light”. I don’t know whether his parents gave his name Cahyo because of it, haha. But i think the wish is that he may will be the light of his love ones. 

So why do i write about him? I’m gonna tell you a looong long story about it. Story that already be part of me in the few years, in almost all stages of my life. I’d like to say, maybe around 10 years. Until now. 

I met and knew him since we were in elementary school. We didn’t get along that time, never got a good chance to have a proper friend-interaction. Until oneday we attended the sama school in junior high, and i moved to my new house that is near his, so we are neighbours since then. But still, we never happened to have proper interactions because he was always outside home, hung out his his friends. You know, just like what schoolboys always do. At that time, our parents started to become closer and closer to each other. Me and family often went to his house just to watch TV (that hard time, when my house had electricity problem). So i almost every night came to his house and chatted with his other family members, while me and him just smiled and did a small talk, awkwardly. I didn’t really comfortable with the situation.

I should tell you that Cahyo was... i don’t know how to put it delicately, but it seemed like he had this special quality, or i may say ‘charm’ that almost every girl i know was fall on his feet. You name it. Long story short, they knew that i was ‘close’ to him, or at least closer to him, that they made me to be their cupid, to send him their messages, to talk to him by phone. Hahahaha to do some things that just made me laugh to see. Well, as a good friend, i did it for them.

So many times i be their letter sender, picked up the phone to talk to him, eventhough at the end my friend was too shy to talk, so finally that was me that chatted with him. Dammit! i believe it was a thing like “cupid-curse” (what the hell is that?) why did i have to fall for him too? Dammit again! Could it be worse if my friends knew that i also liked him, eventually, so i tried so hard not to thinking about him, to get rid of him. But that was hard, because as i told you before, i was his schoolmate and we were also neighbours, that we could always meet at the corner of the streets.

Jadi aku udah mulai suka sama Cahyo sejak sekitar kelas 2 SMP. Setelah yang sering jadi makcomblang itu. huh. Tiap hari ketemu di sekolah, di jalan deket rumah, tapi cuek-cuekan haha. Belum lagi kalo temen-temen dateng dan nanyain tentang Cahyo. Sampe bingung mau jawab apa, karna kalopun ketemu juga diem-dieman, mana aku tau kabar dia kayak gimana. Baik-baik aja kali. Keliatannya. And you know, it was so painful to see person you like just stare at you like he stares at strangers, while you know that you like him like crazy, when at the same time your friends always talk and ask about him, about the person taht at last stel your attention. Blah! Ngapain sih ayaaaaaa??

Untungnya, pas SMA kita gak satu sekolah. Jadi waktu temenku (MASIH) tanya-tanya tentang dia, aku punya alasan buat jawab ‘gak tau’, so i didn’t have to know everything about him anymore. So i might can forget him. Karna lama-lama aku kesel juga sama temen-temenku yang selalu tanya tentang dia ke aku. Emang aku siapanya dia? I didn’t even know anything about him that much. 

Jadinya sempet mikir, mereka itu temenan sama aku karena wmang mau maen sama aku atau Cuma gara-gara mau tau tnetang Cahyo aja? I really didn’t like that. Rasanya kayak gak murni niatan bertemannya. Wallahu a’lam.

Daripada kesel let’s go back and focus on my own story aja lah ya. Akhirnya aku gak sanggup buat lama-lama nyimpen perasaan suka ini dari dia. Kalo ditotal waktu itu udah sekitar 2 atau 3 tahun gitu jadi secret admirer dia. Kalau kata om Duta mah: Pemuja Rahasia. Hahaha. Bayangin aja, sebagai tetangga dulu kita sering ada acara bareng sama dia. Yang dulu sempet ke Nusakambangan bareng, and i saw him ride his motorcycle, and i thought that he was as awsome as Valentino Rossi! Sumpah, aku sampe pernah kpikiran kayak gitu. Gila ya? Dan ternyata sampe sekarang dia juga ngefans sama Rossi. Wih dia pasti bakal GR banget tuh kalo tau dulu sempet disama-samain kayak idolanya haha. Trus ada lagi, waktu dulu ada acara piknik bareng satu RT, yang pas di bis dia tau-tau ngajakin aku foto bareng sampe kudu naik-naik berdiri di kursi bis! Hahhaa. Dan abis itu pas kita lagi di Goa apaa gitu lupa, dia bikinin aku gantungan kunci yang ada tulisan “Gayatri”. Kok so sweet sih? I couldn’t believe that. Belum lagi pas acara syukuran 17an, dan di acara itu kita makan bareng, ngantri makan bareng sambil dikit-dikit ngobrol. Little things, i know, but for me yang waktu itu emang lagi suka sama dia ya udah bisa bikin ga bisa tidur aja saking senengnya hehehe.

Dulu pas SMP SMA kan masa-masa remaja labil ya, yang lagi demen banget dengerin radio, request dan dengerin lagu-lagu galau yang sesuai sama isi hati. Dan dulu sumber galauku ya si Cahyo wkwk. Jadilah hampir semua lagu jaman dulu pasti ada yang dikait-kaitin sama dia. Oh iya sama aku juga sempet bikin dua lagu gara- gara kepikiran dia. Itu aku bikin pas lagi di acara 17an itu, waktu aku tiba-tiba sepanjang acara itu selalu sama dia. Yang biasanya aku sama sahabatku nyebutnya: Hari Peuh Cinta, alias HPC. Kita dulu bikin istilah itu, tapi kalo buat aku HPC menas: Hari Penuh Cahyo. Hahahahhahahahha 

Inget dulu pas saking kangennya, saking pengennya bisa ngobrol sama dia, aku sampe sms ke dia dan sok-sokan salah kirim sms dan pake nama lain hahaha. (absurd part of teenage-me). Di situlah pertama kali aku pake nama Aya. Tahun 2007 kalo gak salah dulu tuh. And surprisingly he said that his name is Ayo. Jadilah kita semacam anak kembar, Aya & Ayo. Hahaha. Untungnya juga abis aku sok salah kirim sms itu, dia yang ngajak kenalan duluan. Biasalah, kelakuan anak SMA jaman dulu. Jadilah kita ‘kenal’ dan smsan as Aya and Ayo. Ngobrol seru, ngalor ngidul, sampe akhirnya kita saling curhat. Dia curhat tentang cewek yang... well, aku juga udah tau sih dia siapa haha. Dan aku curhat tentang dia, ke dia. Aku cerita kalo aku suka sama orang, tapi temenku juga banyak yang suka sama dia. Aku bingung harus gimana, aku gamau nyakitin temenku, tapi aku juga ga bisa bohongin perasaan aku sendiri. (permasalahan klise anak remaja banget kan? Udah macem cerita FTV. I, ever that absurd haha). Aku cerita ini ke dia sebenernya juga buat cari tau gimana pendapat dia tentang ini. Karna aku emang beneran gatau harus berbuat apa. Sampe akhirnya dia malah kasih saran untuk bilang aja ke orang itu kalo aku suka. Gausah terlalu mikirin gimana temenku. Dalam hal kayak gini, kadang kita harus egois-egoisan. Dia juga bilang, jangan takut cowo itu bakal marah sama aku setelah aku bilang jujur. Kalo dia cowo baik-baik pasti dia bakal ngerti. Baik banget ya, dia? Pemikirannya dewasa banget, aku aja ga kepikiran ke arah itu. 

Sampe suatu hari aku beranikan diri buat melakukan satu hal besar, ternekat, dan terberani di hidupku saat itu. i confessed my feelings to him, directly. Aku udah bodo amat ga mau mikitin nanti gimana pendapat dia tentang ini. Aku inget banget dulu tanggal 7 Februari 2007, aku dateng ke rumah dia, bilang mau ngomong sesuatu. Aku bilang kalo selama ini yang namanya Aya itu aku, dan yang selama ini aku curhatin ke dia ya tentang dia. Dan aku cerita semuanya ke dia tentang betapa aku suka sama dia, sayang sama dia, walaupun aku tau paling dia biasa aja ke aku. Aku gak ngarepin dia balas perasaanku, aku Cuma bilang ini supaya aku bisa lega, gak mendem perasaan sendiri doang. And surprisingly dia gak marah, dia malah ngerasa ga enak ati banget karena selama ini ga sadar kalo aku suka sama dia. 

Dia malah bilang “kenapa harus kamu sih yang suka sama aku? Kamu tuh udah aku anggap kayak sodaraku, kayak keluargaku sendiri.” Honestly, i didn’t know how to respond, karna aku Cuma pengen jujur aja ke dia. Akhirnya yah udah sama-sama lega, udah saling tau gimana kondisi masing-masing, dan hubungan kita jadi semakin baik. At least setelah itu pas ketemu di jalan kita gak cuek-cuekan lagi. Itu aja udah cukup kok.

Sampe suatu hari aku denger kalo dia punya pacar. Kayanya masih di bulan Februari itu deh. Jadi pas aku confess ke dia itu dia udah lagi deket sama cewek itu kali ya. Namanya Rizkha, temen sekolahnya. I didn’t know her, and no need to. Cantik. Somehow he knew how to choose a girl to date with, haha. I didn’t angry. Sad? Emm a little bit, perhaps. But the rest, i was happy for him. I was happy that finally he found someone to love to, someone who can take care of him. Call it cliche, but that was what i really feel at the time. When the person you love is happy, what else matter?

Sejak dia udah punya cewe itu ya jadi makin jarang ketemu. Udah sama-sama sibuk sama urusan masing-masing juga. Aku sempet beberapa kali liat dia sama cewenya di jalan. He really loved her. He held her hand while riding his motorcycle, the laughed. Even the cupid’s also ency, hahaha. (ini udah beneran kayak di FTV deh. But it’s true story). He really showed that he really love her. In twitter, FB, all his socmed accounts. From there i knoew that when he loves, he loves deeply. Rizkha was very lucky to have that kind of loving lover. Somehow i envied her.

Singkat cerita aku juga udaj mulai sibuk kuliah (udah sampe kuliah, waktu itu), jarang pulang, lose contact sama sama dia. Sampai pas hampir lulus. Pas kuliah kan juga sempet deket dan pacaran sama orang lain, jadi semua pikiran tentang Cahyo sempet menghilang. Sampe pas hampir lulus, i heard the news. I heard he broke up with her. Kaget, karna udah lama banget ga denger kabar tentang mereka. But i was like.. yaudah mau gimana. Mau support Cahyo juga udah ga terlalu deket lagi sekarang. Belum tentu juga dia butuh disupport kan? Jadi wait and see aja. Sampe aku denger cerita temen-temen kalo dia sampe udah frustasi banget. I didn’t know exactly why they broke up, Cuma denger sepintas aja kata temen-temenku, yang katanya dia diselingkuhin lah, ini lah, itu lah. But that’s none of my business, right? i didn’t wanna judge because i knew nothing about it. 

Pas kapan gitu akhirnya kita sempet ketemu dan cerita kalo dia masih sedih banget dan belum bisa move on. I was really sad to hear that. Aku juga sedih liat dia sampe segitu sedihnya. Padahal dia tuh orangnya rame banget, pecicilan banget, gak nyangka aja bisa segitu rapuhnya pasca insiden putus cinta itu. as a good friend ya aku paling Cuma bisa bilang sabar, udah move on aja. Gatau juga sih harus ngomong apa, udah buntu liat dia sedih gitu. Jadi ya sewajarya ajalah. Lagian temen dia kan banyak, pergaulannya luas. Gampanglah kalo nanti mau cari penggantinya. Eventhough i know it’s not that easy sih. 

Time flies, life goes on, dan aku sempet denger beberapa kali kalo dia sempet deket sama beberapa cewek. Suka heran deh, kok aku masih sering denger kabar aja apapun tentang dia, padahal gak nyari tau juga. Pasti adaaa aja yang ngasih tau. Heran. Well, tapi kan aku orangnya gak kepoan, jadi yaudah aku ga pernah bener-bener pengen tau dia deket sama siapa dan gimana. Yang penting dia happy, udah cukup. Di manapun dan sama siapapun. Tapi anehnya dia masih sering keliatan galau, ngepost hal-hal galau. Mungkin masih belum bisa move on kali ya. Padahal mungkin cewenya –eh, mantannya- udah ke mana tau. Ah, sekali lagi itu bukan urusan saya. Life goes on and on. Sempet tau-tau kita sering komunikasi lagi via twitter, bbm, whatsap, tapi ya Cuma gitu-gitu doang. I have my own life juga.

Setelah lama banget ga ada kabar, tau-tau aku tau sesuatu. Dia jadian sama salah satu temen aku, yang dulu sempet sering minta tolong ke aku buat telponin dia. Namanya Yani. I knoew it from her bbm display picture. I saw them at those pic together. Awalnya aku kaget pas liat, dan jadi curiga pasti ada apa-apa di antara mereka. Tapi berhubung aku gak kepo, aku masih diem aja, gak komentar apa-apa. Sorry, i didn’t feel like i need to, hehe. Sampe akhirnya Yani cerita deh ke aku kalo mereka udah jadian. Well, i was happy. And surpised. Wondenring. Sad? I didn’t think so. Mad? Oh, please. Dua orang terdekat aku, sekarang udah find each other, akhirnya bisa jadian juga setelah sekian lama kepisah dan gak berkabar. I couldn’t be happier, could I? To see you bestfriends finally found her and his love. I should be happy. Which i was. Aku sampe mikir, ya ampun, mungkin ini yang dinamakan ‘destiny’. Kita ga pernah tau apa rencana Tuhan. Bahkan yang udah lama terpisahkan pun bisa kembali dipertemukan. Wasn’t that amazing? Walaupun entah kenapa ada satu bagian di hati aku yang agak sakit liatnya. Gatau kenapa. Maybe i was just envy with their love story.

Dan aku juga kesel sama si Cahyo gara-gara dia ga pernah cerita tentang ini. Padahal ini menyangkut temen aku juga. Pas lagi galau aja, selalu cerita. Sekarang giliran lagi seneng malah diem aja. Kan kesel. I was just wondering how could it be, because it was quite surprising for me. Tapi yaudahlah ya, bukan urusan saya. Aku juga males tanya-tanya haha. Nah saking girangnya aku sampe post foto mereka di di Path, aku tag Cahyo, sambil ngegodain dia. Hahaha jahil, ya. Abis aku ga punya pin bbm atau whatsap nya siih jadi ga bisa godain langsung. Eh sama dia gak direspon doooong. Lagi kenapa sih ni orang?

Abis itu selang beberapa hari, temen kita, Giwang, bilang ke aku kalo Cahyo ga suka aku ngepost foto mereka di Path itu. i was like, why?? Toh itu pacarnya kan, kenapa gitu malah marah? Lagian paling siapa sih yang liat kalo Cuma di Path aku doang, secara mutual friendnya ya paling itu-itu doang. I smell something wrong there, Cuma males tanya aja. Teteup.

And after that i often saw Yani’s status update on bbm that kinda sad, galau, angry, things like that. I didn’t know what was happening between them, and i didn’t ask because i didn’t feel like i really need to know (Gosh, am i that ignorant??), jadi ya Cuma nonton. Makin lama kok makin parah. Aku juga ga berani tanya ke Yani. Apalagi ke Cahyo, nanti dikira ikut campur urusan orang kan. Sampe akhirnya Giwang ceritain semua curhatannya Cahyo ke dia. I didn’t know why she told me all that story, i mean, i never asked her to tell me anything she knew about them. Tapi Giwang gitu loh, apa sih yang gak dia ceritain ke aku? At last i knew that their relationship was not good. Emm i forgot the detalis, i never knew, tho. Yang jelas intinya –sepemahaman aku ya- mereka berakhir dengan tidak baik. I knew nothing about it, tapi aku sampe ngerasa kesel aja kok Cahyo bisa kayak gitu sih, abandoned her with no explanation at all. Walopun aku pada dasarnya ga pernah mau ikut campur, tapi aku juga kesel dan sempet protes ke dia juga. Aku ga suka cara dia memperlakukan Yani kayak gitu. Gak gentle banget! Ya kalo ada masalah apa ya diomongin baik-baik, dicari jalan keluarnya, apapun itu. apalagi ini menyangkut temen aku juga, makin kesel kan aku. Then he explained to me his reason why. Ya aku sih Cuma denger aja, dari sisi dia. But i never knew how was from Yani’s side. Tapi sekali lagi, berhubung aku males tanya-tanya dan ga sempet juga, akhirnya aku diem aja. Dan dianya juga gak cerita, so i thought it was better not to know anything about itu anymore.

Beberapa bulan setelah itu, aku mulai komunikasi lagi sama Cahyo via bbm. Yah anggep aja temen lama yang akhirnya muncul lagi, komunikasi lagi. As simple as that. I wasn’t sure about my feelings to him at the time. Udah lama banget juga. Aku sih yaudah anggep aja dia kayak temen/sodara, like what he told me years ago. Dan yang namanya udah kenal lama dari kecil, walopun udah jarang komunikasi, tapi pas reconnected again pasti ya langsung nyambung. Langsung nyaman. Walopun masih tetep pada koridor yang benar, means kita gak pernah bahas hal-hal yang sifatnya privacy, kecuali kita yang emang curhat duluan.

Yang bikin kagetnya lagi adalah, waktu Giwang cerita kalo Cahyo sempet bilang ke dia pengen nyoba jalanin sama aku. I was like, what? Mau coba? Emangnya aku perempuan macem apa yang bisa dicoba-coba? And yes, Giwang didn’t approve that. Apalagi setelah insiden sama Yani itu, mana boleh dia langsung mau hit on me. Aku juga males kali. Masih inget banget gimana perlakuan dia ke Yani dulu. But as friends, kita tetep komunikasi, walopun kadang dia sempet keliatan banget flirtingnya ke aku tapi aku cuekin, hahahhaa.

Waktu itu pernah pas aku lagi cuti pulang, selama tiga hari di rumah tuh aku selalu sama dia. Pergi-pergi sama dia, ke pantai sama dia. Yah abis ga ada lagi sih yang bisa diajak main, hahaha. Giwang kerjanya lagi gak libur, temen-temen lain juga banyak yang di luar kota. Karna yang available Cuma Cahyo, ya why not? Oh iya, sebelum itu, pas kita bbm an kan sering bahas tentang bola. Gak Cuma bola doang deng, banyak. Ada tentang motoGP, musik, dan lain sebagainya. pokoknya random deh kalo ngobrol sama dia. Akhirnya aku tau kalo dia juga suka Chelsea! Funny thing is, aku juga suka Chelsea. Udah sejak lama sih, walopun gak terlalu ngikutin juga. Itu gara-gara gebetan aku dulu juga suka Chelsea jadi aku ikut-ikutan sering liat dan suka hahaha. Silly. Singkatnya, pas pulang itu rencana aku mau beliin dia kado ulang tahun, karna waktu itu dia abis ulang tahun. Udah lewat belasan hari sih, tapi at least masih sama-sama bulan Mei lah haha. Akhirnya aku beliin dia jaket Chelsea, setelah muter-muter ke beberapa tempat akhirnya nemu juga. Relieved. Kenapa ya dulu aku pengen beliin dia? Gatau deh, haha. Bahkan waktu temen aku tanya itu buat siapa? Buat pacar? Bukan. Ya anggep aja buat sahabat, buat sodara? Gapapa kan? Aku beneran gatau mau buat niatan apa sih, selain buat kado ulang tahun. Dan karna emang dia suka banget sama Chelsea aja, jadi yaudah aku randome beli. Sekalian aku juga beli t-shirt Chelsea buat aku juga.

Nah waktu di rumah itu, kita main ke pantai. Biasa, aku selalu kangen pantai dan sunsetnya. Pas di pantai itu kita ngobrol, dan waktu aku kasih kado itu dan dia tau kalo itu jaket Chelsea, dia girang banget! Happy like a little kid! Aku legaaa banget dia suka. Bener-bener seneng liat dia ketawa lepas dan girang kayak gitu. Sampe dia cobain jaketnya, tapi trus dilipet dan dimasukin lagi karna katanya sayang, nanti aja di rumah dia buka lagi. Mukanya tuh, seneng banget. Dan aku jauh lebih seneng liat dia seneng kayak gitu. Walopun awalnya aku bingung pas mau ambil ukuran apa, secara gatau dia badannya segede apa sekarang, setinggi apa sekarang haha. But deep down my heart, i relieved. 

Malemnya kita main lagi, dan dia pake jaketnya. Besokannya juga. Dia nemenin aku seharian hunting foto sunrise and sunset. Aku seneeng banget project sunrise and sunset cathcing ku berhasil. Dapet semua foto-foto kerennya seperti yang aku pengen. Dan yang lebih senengnya lagi, aku gak sendirian haha. Seneng banget dia mau nemenin aku hunting tempat, dari pagi buta, dari gelap sampe terang, dari terang sampe gelap lagi. I am very grateful for that.

Aku juga selalu sempetin mampir ke rumah neneknya kan, yang udah aku anggep kayak nenekku sendiri juga. Waktu itu juga masih ada almarhum kakek. Yaudah aku mampir, aku ngobrol sama nenek sama tantenya juga. Hal yang aku seneng pas mampir ke sana adalah, aku bisa dapet wejangan macem-macem. Rasanya tuh lebih mengena kalo yang ngasih nasehat itu orang yang jauh lebih tua. Iya gak sih? Seneng aja abis itu didoain macem-macem. Doa orang tua kan manjur ya? But aside from all this, aku emang sayang sama mereka udah kayak keluargaku sendiri, dari kecil. Jadi dari dulu sampe seterusnya ya aku bakal selalu sempatin buat nengok mereka kalo pas lagi pulang. Deketan ini rumahnya. 

Balik ke Cahyo lagi. Sejaki itu kita jadi makin sering komunikasi, sering ngobrol. Dia makin sering flirting. Lama-lama yaa aku jadi kebawa juga. Karna emang udah nyaman, yaudah mari kita lihat ke mana ini akan membawaku. Suatu saat di bbm dia pernah bilang, kalo nanti kalo dia udah punya kerjaan yang bagus dia mau minta aku ke ibuku. Gatau ya becanda atau beneran haha. Aku sih dulu Cuma becandain aja, bilang emangnya berani? Kata dia, berani lah, kan aku laki-laki. Well, oh boy you made me speechless, you made me speechless, so speechless.....

Ada beberapa kali deh dia bilang yang hampir-hampir kayak gitu, aku gatau beneran atau gak. Tapi aku sih nganggepnya serius ya, secara siapa sih yang berani ngomong masalah kayak gitu kalo gak serius? So i thought it was serious. Soalnya abis itu juga kita sempet bbm an sampai pagi, dan kita kayak semacam confess our feelings gitu. Sama-sama ngaku kalo kita saling nyaman satu sama lain. Dia bilang dia bego banget selama ini nyari ke sana ke mari ga nemu-nemu, tapi di deket dia tuh justru ada aku, yang eventually bisa nyaman sama dia. Yah more or less kayak gitu deh. Aku juga ngerasain kenyamanan yang sama sih, tapi aku tanya, ada perasaaan suka atau sayang ke aku atau gak? Aku gamau dong nanti end up nya sama kayak ceritanya Yani, yang ternyata Cahyo ga bisa suka sama dia walopun udah dia coba. He said... kalo sayang mungkin belum. Tapi yang namanya sayang kan bisa ditumbuhkan.. aku gatau ya harus respon apa. Satu hal yang melintas di kepala aku waktu itu: ok kalo gitu aku belum bisa sepenuhnya yakin sama dia.

Aku bilang kalo aku masih ragu sama dia, belum lagi setelah kejadian dulu dia sama Yani. Bisa jadi kan itu semua bakal kejadian lagi ke aku? Dan dia bilang dia ngerti kalo aku masih belum yakin, dan dia intinya kayak mau coba buat jalanin sambil jalan. Oh iya lupa bilang, sebelumnya dia pernah curhat kalo dia lagi bingung sama satu hal. Dia ngerasa nyaman sama orang, tapi dia gamau bikin orang itu nunggu kelamaan, karena dia ga bisa kalo harus nikah dalam waktu dekat. I was like, loh emang dia minta dinikahin dalam waktu dekat? He said, ya nggak sih, Cuma aku sama dia tuh seumuran, jadi ga enak kan kalo aku bikin dia jadi nunggu aku yang belum mapan-mapan sampe sekarang. Kalo cowo sih gapapa ntar-ntaran aja, kalo cewe kan kasian.. i nodded. Then i said, ya kalo menurutku, kamu bilang aja sama cewe itu, jujur tentang kondisimu ke dia kayak apa. kalo dia juga sayang sama kamu ya dia pasti masih mau nunggu kamu, support kamu. Dan kalo emang kamu beneran serius sama dia, justru itu bisa dijadiin motivasi buat kamu cepet-cepet siap.

Daaaan ternyata, tau gak? Pas malem –atau pagi- kita confess itu, dia baru bilang kalo cewe yang dia maksud itu aku. Ya emang sih kita seumuran. Aku langsung speechless lagiiii. Ini berasa kayak dejavu gak sih? Dulu pas 2007, aku curhat tentang dia, ke dia. Trus sekarang, 2015, dia curhat tentang aku, ke aku. It was like a whoa! Aku bener-bener ga pernah kepikir kalo yang dia maksud itu aku. Kirain dia lagi deket sama siapaa gitu. Ternyata.. 

Yaudah akhirnya aku bilang kalo aku bersedia buat nungguin dia, kita sama-sama berjuang di jalan kita masing-masing, sampe akhirnya nanti sama-sama siap. Toh aku juga masih banyak banget PR, kataku. Intinya gitu deh. Dan pagi itu rasanya semuanya udah plong, kita udah saling tau gimana kondisi kita, keinginan kita. Tinggal ngejalanin aja sama-sama. Walaupun masih belum ada kata komitmen secara eksplisit, apalagi aku juga masih belum bisa yakin sepenuhnya dan sayang sepenuhnya lagi sama dia, tapi aku bakal coba buat selalu support dia secara langsung, mulai detik ini. 

Waktu itu juga kondisi dia lagi banyak masalah. Dia sering cerita tentang Ayahnya yang masih sakit, Ibunya yang kadang juga ikutan sakit, sampe tentang adeknya. Well, we face our own struggles, but we tried to support each other. He was there when i lost my fish pet, Ucup. Waktu aku mewek-mewek sendiri, dia bbm aku terus. He was there when i was sad, and sent me some voice notes. Some just his voice cheered me up, sometimes he sang a song for me. Hahaha. Funny.

Sampe akhirnya kita udah berasa saling kangen satu sama lain tapi harus sabar buat ketemu sampe pas sama-sama pulang nanti. Sampe counting days kapan bisa ketemu lagi, yang masih lama banget haha. Akhirnya pas sahabatku, Uzi nikah, aku pulang, dan dia juga pulang dari Cikampek. Sepanjang jalan kita bbm an, tukar kabar, ngobrol. Aku udah kebayang besok abis kondangan Uzi aku mau maen sama dia, kayak biasa, liat sunset. Tapi dia bilang kalo dia udah ditag temen-temen SMA nya buat maen bareng. Yaudah gapapa, toh dia udah lama banget terpencil di Cikampek dan pasti juga kangen banget sama temen-temennya. 

Pas di acara nikahan Uzi, Giwang juga dateng. Dia bbm aku, suruh liat display picture bbm nya Cahyo. Aku heran, emang kenapa? Aku udah lama sih ga megang hp. Trus aku liat, di fotonya dia lagi sama temen-temen SMA nya, just like he said before. Tapi.... cewe semua. He was the only guy. In fact, sejak kita sama-sama sampe rumah dia juga ga bbm aku. Aku juga nggak bbm dia. Trus sekarang tau-tau aku liat dia pergi sama cewe-cewe. Berhak marah gak sih? Nggak deh ya kayaknya, secara pacar juga bukan. Boleh sedih gak? Mewek? Tapi lagi acara nikahan orang, di mana aku juga jadi bridesmaid, yang mana seharusnya happy di situ. Bener-bener deh itu situasi yang sulit banget, aku harus pasang tampang happy dan seperti tidak terjadi apa-apa, padahal dalam hati rasanya pengen teriak nangis mewek, apapun itu.

Sampe malempun Cahyo gak bbm aku. Tumben. Padahal seharian itu dia udah beberapa kali ganti display picture. Aku juga males bbm dia duluan, kan dia lagi seneng-seneng sama temennya. Nanti ganggu lagi. Siapa gue? Baru deh tengah malem gitu pas aku udah tidur dia bbm, nanyain besok pagi mau jadi liat sunrise gak? Well, dia emang udah janji sih kalo mau ngajakin aku liat sunrise. Aku jawab pas baru bangun, ok, emang kamu bisa? Kalo masih ngantuk mending gausah. Kata dia, gapapa. Tapi, gak muncul-muncul! Udah ditungguin dari abis subuh. Biasanya dia cepet kalo bilang mau dateng, secara paling dari rumahnya ke sini ga nyampe 5 menit, orang Cuma beda 4 gang doang. Aku tungguin sampe matahari udah keburu terbit duluan kali. Baru deh dia dateng, dengan muka kecut. Bener-bener gak sesuai sama yang aku bayangin dulu deh... rencana ketemuannya..

Di pantai juga diem-dieman. Dia maen hp, aku dicuekin. Ngobrol juga kaku. Jadi heran, ini kenapa sih? Sehari sebelumnya aja masih biasa aja, masih seru. Apa jadi kaku pas ketemu karna kita udah pernah bahas masalah serius dulu itu ya? Ih tapi ngapain, orang udah sama-sama tau juga. Saking keselnya liat dia bbm an sendiri mulu, akhirnya aku tinggal dia buat hunting foto sendirian. Biarin dia ngopi sama bbman entah sama siapa. Abis aku selesai hunting foto, dia masih aja bbm an entah sama siapa. Akhirnya aku ajak pulang aja. Pas mau bayar, dia sempet nunjukkin bbm nya, ada berita tentang motoGP gitu. Dia kasih hp nya, trus pergi bayar makanan. Pas banget aku dari tadi kepo kan dia bbm an sama siapa, langsung aku liat. Ternyata dia bbm an sama cewe, dan ngomongin tentang cewe lain. ok. Fine. Now i know where i stand. Mungkin ini cara Allah ngasih tau ke aku, dengan tanpa intensi apa-apa dia ngasihin hp nya ke aku, jadi aku bisa tau semuanya. Aku Cuma diem doang. Ga berhak buat marah, dan ga ada gunanya juga marah-marah, i know. 

Pas pulang, dia nawarin buat mampir ke rumah neneknya. Aku mau. Yaudah aku ngobrol sama neneknya, sama tantenya. Dan tumbennya di situ aku digodain sama nenek n tante, dibilang disuruh sama Cahyo aja, toh sama-sama single. Aku kaget, dan gatau gimana reaksi Cahyo waktu itu. aku Cuma ketawa-ketawa aja dibilang kayak gitu. Ya kalo kondisinya pas aku sama Cahyo lagi baik-baik aja sih gapapa, tapi ini kondisinya pas aku baru tau kalo aku bahkan ga ada di pikiran dia. Dan trus selama ini kita bahas masalah masadepan serius itu buat apa? maksudnya apa? 

Sejak saat itu aku jadi males ketemu Cahyo, males bbm dia. Dan dia juga ga pernah bbm lagi, jadi pas banget. Aku sempet mikir, dulu aja pas dia lagi di Cikampek, pas dia kesepian ga ada temen, dia selalu bbm aku. Tapi sekarang pas dia udah pulang, pas ada banyak temen, dia cuek ke aku. Oke, gapapa. Udah biasa juga kan dari dulu selalu jadi orang yang terlupakan. Terlewatkan. 

Puncaknya, aku udah kesel banget dan akhirnya aku hapus semua foto sama dia. Mau buat apa? useless. Dia sempet bbm dan tanya aku lagi kenapa, kok diem. Helloow? Aku bilang aja, gapapa, aku ga diem, ya sewajarnya aja. Emang harus segimana? Dia diem. Intinya abis itu hubungan kita jadi renggang, gak pernah komunikasi lagi. Dulu tuh, pas paket data dia sering abis dan dia off bbm, aku bener-bener kuatir sama kondisi dia. Sama keluarganya, karna biasanya tiap hari dia pasti cerita tetang kondisi mereka. Pas dia ngilang itu aku Cuma bisa doain dari jauh semoga semuanya sehat ga ada apa-apa. more like i pray for my own family.

Pas kemaren terakhir aku pulang lagi, aku ga bilang ke dia. Trus pas aku main ke rumah nenek juga aku ga bilang ke dia. Bahkan pas nenek nawarin buat ngajakin aku ketemu Cahyo, buat manggilin Cahyo, aku ga mau. Aku masih gamau ketemu dia. Rasanya masih marah. Rasanya masih kayak dipermainkan. Masih ga abis pikir kenapa dia tega ngelakuin ini ke aku? Kalo orang lain yang kayak gini sih bodohnya aku aja yang gampang percaya sama orang baru. Tapi ini tuh Cahyo, yang udah aku kenal sejak kecil, yang udah sempet aku anggep kayak sodar sendiri, yang keluarganya udah kayak keluarga aku sendiri, yang udah tau gimana kondisi aku, kok ya masih tega? Jujur ini rasa sakitnya, rasa kecewanya, berkali-kali lipat dibanding kalo orang lain yang ngelakuin ini. But yes, sometimes the person who hurts you most is the one closest to you. No doubt. 

Tapi aku gamau terus-terusan ada di posisi yang serba gak jelas macem ini. Aku ga mau suatu saat nanti dia dengan enaknya dateng lagi seakan semuanya ga pernah kejadian. Akhirnya aku putusin buat ngomongin ini ke dia. Di pantai, sambil nunggu sunset. Aku ceritain semuanya ke dia, semua unek-unek yang ada di pikiran aku selama ini. Dia shock sih keliatannya. Pokoknya pembicaraannya panjang, tapi intinya sih –sepemahaman aku ya- kita tuh punya beda pemikiran tentang semua yang kita omongin waktu confess dulu. Buat aku, yang emang belum pernah ngomongin tentang hal yang seserius itu sama cowo, pasti langsung nganggep serius. Apalagi kalo udah sampe bawa-bawa rencana masa depan, orang tua. Sedangkan bagi dia, mungkin belum seserius itu. itu poin pertama.

Poin kedua, dia ngerasa selama ini aku kurang care. I shocked. Dia ngaku kalo dia orangnya manja banget, selalu pengen disayang, diperhatiin. Tapi dia bilang aku kurang care sama dia. Well, in my defense, aku tuh sebenernya care banget sama orang. Tapi aku juga ga mungkin asal langsung care gitu aja dong, apalagi kalo ada ada komitmen/status yang jelas. Aku mau care sampe sejauh apa juga bingung akn. Nanti kalo terlalu care, sementara dia biasa aja ke aku, gak bener juga. Jadi selama ini aku emang nahan-nahan untuk gak langsung terlalu keliatan care ke dia karna satu, aku masih belum yakin tentang perasaan dia ke aku, dua, karna belum ada komitmen yang jelas jadi ga ada batasan yang jelas harus care sepanjang apa. Gatau juga definisi care menurut dia tuh apa, mungkin beda juga. Aku sih selama ini udah ngerasa care sesuai dengan kapasitas aku yang masih sebatas temen deket. Kalo menurut dia masih kurang, ya sorry to say, kapasitas aku waktu itu Cuma sebesar itu. you can’t get all of it all at once.

Intinya mungkin emang karna pemikiran kita yang beda aja, jadinya kayak gini. Dan faktor yang dia masih belum tau harus gimana sama pilihan-pilihannya. Yang kadang masih ingin tapi tak ingin. Finally i realised that kita ketemu lagi mungkin bukan buat sebagai manusia yang bisa dipasangkan. At least untuk saat ini. Mungkin Cuma supaya kita bisa saling komunikasi lagi aja. Lesson learned, for me is that aku ga boleh terlalu gampang kebawa suasana. Gara-gara dulu aku sempet suka aja jadinya pas dia dateng lagi aku gampang banget kebawa suasana. Walopun aku juga udah sekuat tenaga jagain hati aku sendiri, buat gak langsung percaya seratus persen sama dia, tapi tetep aja ada dampaknya. Tetep aja rasanya sakit, kecewa. Yaudah lah, tahap belajar. Lesson learned buat dia: mungkin supaya jangan semudah itu ngomongin masalah masa depan kalo emang sendirinya belum yakin. Mungkin kalo dia bahas ini sama cewe lain yang udah terbiasa dengan hal kayak gini sih ya dampaknya ga bakal segede ini. Tapi kalo ngomong sama aku, which is menurut aku this is a huge thing, ga ada kata gak serius. 

Again, mungkin timing buat kita emang gak pernah tepat ya, Yo. Dari dulu. Atau mungkin emang kita Cuma ditakdirkan buat jadi sahabat aja, jadi sodara aja, ga pernah bisa lebih. Seperti yang dulu aku pernah bilang ke kamu, aku Cuma pengen liat kamu seneng, di manapun dan sama siapapun nantinya. Itu udah cukup, lebih dari cukup. Karna dari dulu aku juga udah terbiasa buat liat kamu bahagia dari kejauhan. Dulu ayahku bilang, waktu aku cerita tentang aku yang suka sama cowo udah lama. Dia bilang, udah, porsi kamu udah cukup. Udah cukup usaha kamu selama ini buat sayangin dia. Kalo dianya gak ngerti juga, biarin dia pergi. Nanti kalo emang dia buat kamu, dia pasti bakal kembali lagi. Dan nanti biar gantian giliran dia yang mengusahain semuanya untuk sayangin kamu, gantian. Kata-kata itu yang selalu aku pegang selama ini. Makanya pas kamu tau-tau muncul lagi, dan kita deket lagi, sampe akhirnya kamu confess masalah yang menurut aku serius itu, aku pikir ini mungkin udah saatnya buat kita dapet kesempatan kedua lagi. Itu yang bikin aku lama-lama jadi luluh dan mau buat coba percaya lagi ke kamu, buat besedia nunggu kamu, support kamu sampe kamu bisa jadi apapun yang kamu mau. Tapi kenyataannya? Semuanya langsung buyar sudah. Rasanya sampe udah gatau harus percaya sama apa dan siapa lagi.

Tapi yaudahlah, semuanya udah terjadi. ga perlu sedih lama-lama, karna semua pasti ada hikmahnya. Setiap orang pasti ada di hidup kita untuk suatu tujuan kan? Mungkin aku kenal kamu selama ini, udah ada di bagian dari pemikiran ku selama hampir separuh dari hidup aku (well, technically it is 2004-2015 which is 11 years, close enough lah to call it this way), dari stage aku masih bocah SD, sampe remaja labil nan galau pas SMP, sampe akhirnya aku punya keberanian untuk menyatakan (halaaaah, geli bahasanya) pas SMA, trus sempet ilang-muncul-ilang-muncul lagi sepanjang jaman kuliah, dan sampe sekarang kita udah sama-sama dewasa buat menyikapi apapun yang terjadi di antara kita. Aku ga marah lagi, Yo. Aku emang sempet sedih, kecewa berat, tapi insya Allah aku bisa ikhlas. Aku malah harusnya bersyukur, semua kejadian ini, dari SD sampe udah segede ini, aku udah dapet banyak banget pelajaran, untuk akhirnya membentuk aku jadi aku yang seperti sekarang. Mungkin kalo ga ada semua kejadian itu, aku gak kayak gini. So, thank you for everything. Karna selama aku sayangin kamu selama ini, aku belajr gimana caranya buat kuat. Belajar gimana bisa tetep stay happy pas lagi sedih haha. Belajar supaya ikhlas, bener-bener ikhlas. Belajar supaya gak gampang cemburuan, apalagi kalo bukan siapa-siapanya haha. Belajar buat doain dari jauh. Belajar buat care sama orang lain, sama keluarga kamu, contohnya. Belajar buat bisa berpikir jernih dan ambil jalan terbaik buat semua masalah yang ada di depan kita. Aku juga seneng banget bisa dapet additional happiness dari semua ini, happiness karena aku punya additional family, happiness pas aku selalu dapet wejangan dan didoain ini-itu sama nenek, additional happiness pas aku liat kamu girang banget di pantai dulu itu, happiness karna aku pernah dapet momen-momen sunrise & sunset tetbaik di hidup aku, so far, sama kamu, happiness karena aku mengalami semuanya ini, sama kamu.

Aku gatau sekarang yang aku rasain ke kamu tuh namanya apa. apa masih ada perasaan atau nggak juga gak jelas. Yang pasti, aku Cuma pengen bisa liat kamu happy. Dan aku juga pengen bisa happyyyyyy. Aku ga mau, sepuluh, dua puluh tahun lagi aku masih ngerasain sakit yang sama, tiap kali aku liat kamu. Aku pengen bisa bersikap biasa aja tiap aku liat sunrise sama sunset, walopun ga sama kamu. Aku pengen bisa tetep suka sama motoGP, Chelsea, om Duta, 1D, tanpa ada bayang-bayang tentang kamu lagi. Aku pengen bisa bener-bener berdamai dengan semua ini, yo. Dengan aku. Dengan kamu. Dengan semuanya. Mungkin kalo ada ornag bilang tentang soulmate, then you are mine, yo. I see a part of me in you. Maybe because we share too many same things, sam interests. Which makes me even harder to forget you, to forgive myself and my past. Yes for me you are my soulmate, or maybe you’re just a tiny part of my childhood life, my childhood crush. Then you stayed there as my teenage-idol. Then you came stronger to be more like my soulmate. Eventhough you’re still untouchable for me, until now. 

Kalo mau mengutip dari HIMYM: “Everyone has their own Robin – the person that you loved very much, but you cannot be with. And whoever you’ll met, whatever you’ll do, nothing will be like it would be with Robin.” Yes, maybe you’re my Robin. 

Tujuan aku nulis ini semua, semata-mata media aku supaya bisa mencurahkan semua uneg-uneg di pikiran aku, di hati aku selama ini. Kalaupun suatu saat nanti ada yang baca, atau mungkin kamu baca, biar ini bisa jadi cerita aja gimana sebenernya cerita aku sama kamu. Karna mungkin beberapa orang di luaran sana juga ada yang sedikit tau, atau mungkin ada yang pengen tau, ya beginilah dari sisi aku. Semuanya aku tulis secara objektif, kalo berkaitan dengan orang lain. mudah-mudahan tulisan ini gak terlalu terasa aku yang melebih-lebihkan bagianku, ya. Dan setelah ini, aku masih bakal melanjutkan hidup kok. I will carry on on my one and wild life, haha. Mudah-mudahan semua pelajaran yang udah aku dapet selama ini bisa jadi bekal buat aku menjalani hubungan atau kehidupan selanjutnya. Karna itulah tugas dan fungsi seorang soulmate, to break us until finally we can refeal who we really are. And i’m thankful for all of that. 

Oh iya, satu lagi. Kalo gak salah sih ya, aku masih ngerasa kalo kamu sampe sekarang, after all this time, masih belum bisa moven on dari Rizkha. Am i right? yah sampe kapanpun kamu emang ga akan pernah bisa lupa yo sama dia. Sampai kapanpun. Mungkin emang bukan saya, Puteri yang kamu cari. Dan mungkin bukan kamu, Imam yang aku rindukan selama ini. Mungkin. 

 

Karawaci, 221115

Saturday, May 23, 2015

I'll be waiting..

Ada lagunya Indra Lesmana & Eva Celia yang liriknya: 

You gotta come and find me, uh follow my lead 
You gotta come and show me, uh could this be real 
If you can come and find me, oh maybe this time I'll be waiting on the other side.. 

Kalau flashback ke belakang, sepertinya aku udah terlalu sering ya suka sama orang trus bilang jujur kalo aku suka. Beberapa orang bilang aku berani banget, bisa jujur gitu. Yah daripada gak jelas kan, digantungin, mending langsung bilang/tanya aja. Awalnya aku pikir itu bisa memperjelas keadaan, apapun risikonya. Dan hampir semuanya emang ended up dengan tidak happy ending, sih. Tapi kalaupun emang harus berakhir agak tragis kayak gitu, mending cepet sadar kan? 

Sekarang malah jadi mikir, apa akunya aja yang kurang sabaran, yg pengennya cepet jelas segala sesuatunya. Tapi apa itu salah? Capek gak sih jaman sekarang masih cuma main-main dan ga jelas arahnya mau ke mana. I am not teenager anymore. And I dont wanna be treated like a teenager. Langsung ilfil kalo digituin. (Eh kok asa teu nyambung ya haha) 

Intinya sekarang mungkin kalo misal suka sama orang dan serius, harus bener-bener bisa sabar. Sabar buat gak terlalu keliatan banget, apalagi sampe bilang duluan. Mending buat sekarang ini, buat yang satu ini, jangan deh. Biar kalo emang jodohnya, biarin Allah SWT aja yg menunjukkan dan membukakan. 

Dulu sih selalu berpikir kalo biarpun cewek, aku harus usaha juga, salah satunya dengan maju duluan. Tapi untuk kali ini jangan deh. I can't bear the risks anymore. Abis yang ini bener-bener subhanallah banget sih orangnya. Too  good to be ruined by my weird actions. 
Bener juga ya, saat kita dijauhkan dari sesuatu, kita pasti akan ditunjukkan ke sesuatu yang lain yang jauh lebih baik. Semakin ke sini kualitasnya semakin baik, alhamdulillah. So i dont wanna ruin that. Not anymore. 

Mungkin ikhtiarku sekarang lebih ke langsung minta ke Allah aja, Dzat Yang Maha Kaya, Yang Maha membolak-balikkan hati manusia. Semoga saja yg ini beneran bisa sampe akhir hayat nanti. Aamiin. 

Sekarang sih aku bener-bener gatau ini akan jadi seperti apa. Masih zero banget. I'm still waiting for that thing, eventhough i don't know exactly whether it's gonna happen or not. I call it faith, and i will keep it. Minta aja langsung sama Yang Punya dia. Mudah-mudahan dimudahkan. 

He once came and successfully found me, so i'll just be waiting on the other side til he comes again and brings me home. 

Monday, April 6, 2015

The forgotten one

Akhir-akhir ini lagi ngerasa sedih. I feel so forgotten. Terlupakan. Terlewatkan. (Ish bahasanyaaa err) 
Intinya semacam 'terlupakan' sama orang-orang terdekat. Well, orang-orang yang dulunya dekat. 

So i have two best friends. Satu deket sejak SMP, satu lagi deket sejak SMA. Di SMA kita bareng dan almost sekelas terus. Pas kuliah juga, walaupun jauh-jauhan kita tetep keep contact, even kita bikin blog sendiri biar gampang kalo mau cerita panjang lebar tentang apapun. Itu bertahan lumayan lama, sampe ada belasan atau puluhan post. 

Sejak lulus dan udah mulai sibuk sama kerja dan coass (they both are doctor), kita jadi semakin jarang komunikasi. Buat ngeblog juga ga sempet lagi. Dan masing-masing dari kita juga akhirnya punya temen deket/sahabat lain dari lingkungan baru. I have mine, too. 

Jadi praktis kita ketemunya, ngumpulnya cuma kalo lagi libur panjang doang, kalo lagi sama-sama pulang ke Cilacap. Tapi tiap di rumah pasti kita usahain banget buat ketemu, walaupun cuma bentar. 

Dan di antara kami bertiga, aku yang paling jarang pulang. Karena jaraknya yg paling jauh kan, Jakarta-Cilacap. Udah gitu jarang banget bisa cuti panjang. Sedangkan mereka lebih sering bisa pulang, karna Semarang-Cilacap dan Jogja-Cilacap, masih bisa bolak-balik di hari yang sama kalau gak gempor. Jadilah aku paling jarang bisa ngumpul. 

Makin ke sini makin susah. Jadi makin renggang. Sampe puncaknya mereka sekarang lagi sering ngumpul sama temen lain. Dan ada satu orang, temen kami juga, yg keliatannya udah 'menggantikan' posisi aku. Yg dulunya kami ke mana-mana bertiga, sampai menyebut kami dengan "bertiga seru", sekarang mereka juga bertiga, tapi aku ga ada di situ. Di situ saya merasa sedih :( 

Apalagi kalau liat postingan mereka di path tentang jalan-jalan mereka bertiga. Liat DP BBM mereka yang bertiga. Rasanya sedih, pengen kayak gitu juga sama mereka. 

Sometimes i blame the distance between us. Sometimes i blame myself for not being there. Til finally i've been forgotten. But what could i say? :( 

Salah satu dari kami mau nikah Agustus nanti. I said i will come when she let me know about her wedding plan. Eh taunya kemaren dia bbm lagi, nanyain bisa dateng apa nggak pas wedding dia, soalnya dia mau kasih seragam. 
That makes me sad because she probably thinks that i won't come :( 
Kenapa pake harus tanya coba? Pasti lah aku bakalan dateng, aku usahain banget supaya bisa dateng. You're like.. One of my best friends, since years ago. And i know all your journey to find your last love. I don't have a heart to not going to your wedding. Apalagi itu weekend, kemungkinan besar bisa dateng lah. 
Mungkin kalo aku sakit berat aja baru ga bisa dateng. Or i'm dead. Perhaps eventho i'm dead, my spirit will attend your wedding. Singkatnya begitu lah. 

Hhhh. Mungkin dia nanya kayak gitu cuma memastikan aja kali, aku bisa dateng apa gak. Daripada udah dikasih seragam tapi akhirnya gak dateng, kan sayang seragamnya. But it also makes me sad. Truly sad. Aku masih mending dia bilang kalo maksa aku buat dateng, gimanapun caranya harus dateng, because she wants me to be there. I'll really really appreciate it. And surely will put it on my highest importance list (which i've already done it). 
Bukan karena sayang seragamnya :( 

Mungkin ini cuma perasaan aku aja. Maybe it's just me who overthink everything. Tapi, setelah kejadian-kejadian yang bikin aku ngerasa forgotten? Udah pasti makin bikin aku ngerasa forgotten kan? 

P.S. Beberapa waktu lalu dia ke jakarta, even ga ngabarin aku. Kalo aku tau dan bisa, kan kita bisa meet up dulu. Tau-tau dia udah check in di bandara dan mau balik. Biasanya aku langsung komen dengan nada yang agak manja-manja becanda gitu, kenapa ga bilang kalo ke jakarta. Tapi kali ini biarin lah. Kalo dia emang niat buat ngabarin, or at least remember that i'm still here, she probably  had notified me.  

Saturday, April 4, 2015

Long week(end)-day

Jadi ceritanya Jumat-Sabtu-Minggu ini libur, dalam rangka Paskah. Long weekend kan ya? Harusnya bisa santai-santai atau jalan-jalan kan ya? Well, di timeline path sih isinya emang jalan-jalan semua. Orang lain tapi, bukan aku. 

Meanwhile, aku malah masuk lembur mulu di long weekend itu. Tau lah ya, masih awal bulan, apapun yang terjadi tetep harus masuk dan bekerja dengan sepenuh hati. 

Capek banget gila, bayangin, artinya kan sama aja kayak dua minggu 14 hari kerja nonstop. Dari pagi sampe malem pula. Sempet surprised sendiri sih ternyata aku bisa -ehem- sekuat ini. Dari dulu. Apakah saya ada keturunan superhero? Superwoman? Huahaha

Sampai temen ada yang nanya "gila lo lembur mulu, kapan waktu buat me time nya?"

Abis ditanya kayak gitu, anehnya bukannya sedih atau bingung, malah ngerasa kalo aku udah cukup punya waktu buat me time kok. 
My me time = reading good books. 
Kadang karaokean, kadang nonton, kadang ngapa-ngapain sendiri di manaa gitu. (Anaknya kelewat independen, kalo orang bilang). Even nyuci baju plus nyetrika juga bisa dibilang me time kok hahaha. Me time kan gak harus ngelakuin hal-hal yang ngeluarin duit kan ya? Gak harus diisi dengan memanjakan diri di salon, spa, meni-pedi, dan lain sebagainya. Dan untungnya aku bukan tipe perempuan yang suka nyalon jadi jaraaang banget nyalon hahahaha. Kalo bisa dilakuin sendiri, ngapain ke salon kan? Wkwk. 

So kembali lagi ke 'me time' yang kata orang mulai terenggut. 
Di sela-sela lembur atau ngantor hari biasa sekalipun, aku masih bisa sempat-sempatin buat baca. Kadang bawa buku, kadang baca ebook di hp. Almost everyday i read books. Jadi kalo itu bisa dianggap me time, aku justru hampir tiap hari or even tiap saat bisa punya me time, kan? ;) 

Soalnya kadang kalo abis kerja gitu suka capek sih fisik sama pikirannya, bisa tumbang kalo langsung dipaksa pergi haha. Jadi mending istirahat sambil baca buku hihi. 

Trus kemaren juga sempet me time banget dengan belanja. Muterin seantero mall, sendirian. Haha. Sebenernya dulu paling males kalo harus belanja/ke mall sendirian. Kayak orang ilang. Tapi akhir-akhir ini udah terbiasa, berhubung partner belanja dan muter-muter yg biasanya selalu siap sedia sekarang kerjaannya pacaran mulu. Akunya terlupakan :(

Tapi yaudahlah, my life must go on kan. Jadi sekarang kemana-mana sendirian pun oke lah. Jadilah kemaren sempet belanja sendiri, kalap sendiri haha. Puasss banget karena tau apa yg diusahakan dengan keras sampe lembur-lembur akhirnya bisa dinikmati. Alhamdulillah. 

Seneng nih kalo lagi bisa positive thinking dan berpikir jernih kayak gini, jadinya ga perlu ngeluh-ngeluh sendiri tiap kali lembur. Paling ngerasa capek bangetnya pas baru pulang lembur malem-malem. Di situ kadang mikir, do I have to do this? Do I have to work this hard? Do I deserve this? Do i push myself too hard? Kadang kalo pas lagi capek banget, baru deh ngerasa kasian ke diri sendiri, yang sampe segitunya banget kerja nyari duit. Sementara yang lain, kerja gak segininya amat malah duitnya lebih banyak dapetnya. Ups. Haha. 

Tapi yaah, begitulah keadaannya. Sekarang ga perlu cemburu kalo liat orang ngepost foto liburan dengan pemandangan alam yang luar biasa indah. Bersyukur aja kalo kamu udah bisa liat pemandangan indah itu lewat postingan orang lain haha. Nanti juga akan ada saatnya buat liburan. Jangan sedih! 

So, whatever comes to my life, I should accept and live contented with it, no? 
And i'm not afraid to live my life with my own standard. 

Friday, March 13, 2015

March 14

So. Yesterday i saw a video about 20 (or 25) things women should do before they settle down. One of them is "keep journals". So by means of journals, i assume it's in daily basis (?) 

Then i remember that i have kind of journal, THIS journal, that i barely write in it again lately. Am sorry. 
But the point is, yes i will try to write again everyday -or anytime i feel like writing anything. Plus, it's the only place i have to share all about me and my daily life and my thoughts and so on, right? 
So i'll be back with so many new updates of my not-so-important life. 

Sometimes the only thing you need after a long and tough day at work is just a good companion, a great person to talk to, to share all of your stories that day. If you have that kind of person/companion, great. But if you don't, just like me, so writing a life journal will be so much help. It's kind of self-help, actually. 

So, i'll write everything later. Cheers!