Monday, February 13, 2012

someone like you

gak ngerti deh, kenapa dari dulu benciiiiii banget sama lagu ini. lagunya emang bagus, dalem, tapi.. isinya itu lho, bikin jleb jleb jleb.

satu-satunya lagunya Adele yang dari dulu aku suka cuma yang Chasing Pavements. setelah keluar Someone Like You, trus ada apalah lagi itu, pas udah tau kalau lagu-lagu bagus itu isinya galau semua dan bikin jiwa jadi terlampau terhanyut larut dalam kesedihan dan kepedihan, buat apa kan? mending ga usah dengerin aja.

tapi sayangnya, lagu itu malah jadi terkenal banget dan banyak banget yang suka. di mana-mana diputer. heran. emang mungkin lagi musim kali ya, galau galau gitu. yang berkualitas tapi, kayak si Adele ini.

ah, tapi walaupun berkualitas juga kalo buat aku sih mending ga usah denger atau tau sekalian deh. dari pada terjebak. secara, aku tuh tipe orang yang terlalu sensi dan melankolis, yang gampang banget terbawa perasaan. nanti kalo tiap kali mewek kan susah juga.

aaahhh sudahlah.

trus lagi, kalau memang kita pernah punya pengalaman buruk, sama seseorang, trus kenapa masih mau find someone like him/her? ya males aja, kalo nanti akhirnya juga sama kayak gitu lagi kan? udah pernah ngalamin tapi nanti bisa keulang lagi. kalo aku sih ogah.

well, ini udah ga jelas arahnya ke mana. yang jelas, kalo di deket aku, jangan pernah sekali-kali mainin lagunya Adele. apapun itu, kecuali yang Chasing Pavements.
sekian.

Saturday, February 11, 2012

Peluk

Akhir-akhir ini lagi sering baca semua novelnya Dee. entah kenapa dari dulu suka banget, dan apapun yang dia tulis seakan bisa masuk dan merasuk ke setiap persendian dan sel darah aku, seakan bisa hanyut dan turut merasakan semua sensasi perasaan yang dia curahkan ke dalam cerita itu. suka merinding, dan bahkan sampai nangis pas bacanya. Perahu Kertas, Rectoverso, semuanya berhasil membuat aku berkaca-kaca. how touchy. kalau Madre entah kenapa tidak terlalu berkesan. mungkin karena gaya bahasanya yang terkesan relatif lebih lugas daripada novel-novel yang lainnya. sedangkan aku, di saat-saat seperti ini lagi pengen sesuatu yang cenderung agak penuh kiasan dan ekspresif. yah, jiwa melankolis saya kembali terusik, saudara! :D

ada satu cerita dalam Rectoverso, yang aku paling suka. sebenarnya hampir semuanya aku suka. sebagian besar. Ada Malaikat Juga Tahu, Peluk, Hanya Isyarat, Curhat Buat Sahabat, Selamat Ulang Tahun. semuanya berkesan. bahkan Malaikat Juga Tahu dan Curhat Buat Sahabat sudah aku kagumi jauh-jauh hari sebelum ini. sudah beberapa waktu yang lalu (hampir dua tahun yang lalu) aku udah mulai histeris kalau ada dua cerita itu. hmmm mungkin karena sedikit merasa ada ikatan perasaan yang sama, karena merasakan pengalaman yang hampir sama, kalau tidak bisa dikatakan sama persis.

well, sekarang lagi suka sama satu cerita. Peluk. lagunya juga. semuanya. dan entah kenapa, sekali lagi, merasa ada persamaan. mungkin dari sinilah kehebatan seorang penulis diuji, saat semua cerita yang dibawakannya terasa menyatu dengan pembacanya. ataukah justru pembacanya yang seakan ingin menyatukan perasaannya dengan cerita itu? entahlah, yang jelas, bagi aku, Peluk ini memiliki kesan yang mendalam. dan juga pesan. sama dalamnya.

ijin menulis kembali di sini ya, Mbak Dee :)

Peluk, Rectoverso - Dee

Ada keanehan yang menyembul keluar dan kini menguasai pikiranku, yang membuat aku berjarak dengan diriku sendiri dan memunculkan satu tanya: mengapa kulakukan ini?


Keanehan lain menyusul, yakni jawaban muncul dengan sendirinya tanpa proses berpikir: memang ini jalannya. itukah yang dinamakan firasat? Menahun sudah aku tahu, hari ini akan tiba. Tapi bagaimana bisa pernah kujelaskan? Aku menyayangimu seperti kusayangi diriku sendiri. Bagaimana bisa kita ingin pisah dengan diri sendiri?


Barangkali itulah mengapa kematian ada, aku menduga. Mengapa kita mengenal konsep berpisah dan bersua. Terkadang kita memang harus berpisah dengan diri kita sendiri; dengan proyeksi. Diri yang telah menjelma menjadi manusia yang kita cinta.


Sedari tadi kamu seperti orang kesakitan, merangkul erat badanmu sendiri dengan mulut terkatup rapat dan rahang mengencang. Aku ingin bilang, aku paham kenapa kamu sakit. Namun tak sepatah kata pun keluar. Aku ingin bilang, aku sakit melihat kamu sakit. Namun bungkusan udara ini memberangus mulut kita berdua.


Mengapa kata-kata justru hilang pada saat seperti ini? Saat kulihat kamu butuh penghiburan, nasihat bijak, atau humor segar agar kesedihan ini beroleh penawar? Kemampuan kita berkata-kata menguap. Kemampuanku melucu lenyap. Kebisuan menjadi hadiah kebersamaan kita bertahun-tahun. Aku ingin bilang, berbarangan dengan makin pilunya hati ini, ada keindahan yang kurasakan, dan aku tak mengerti mengapa bisa demikian.


Pandangan mata kita yang sedari tadi berlari-lari mulai berani menemukan satu sama lain. Rasanya kita sama-sama tahu, entah kapan lagi tatapan seperti ini terjalin. Tak mungkin kulupa caramu memandangku, dan tak mungkin kau lupa bagaimana semua ini bermula. Aneh. Pada saat kita hendak berbalik dan menutup pintu, mendadak ruang yang kita tinggalkan memunculkan keindahan yang selama ini entah bersembunyi di mana.


Tanganmu bergerak bimbang seperti ingin meraih tanganku, tapi kau urungkan niat itu. Dua manusia yang sudah bercinta bertahun-tahun dan merasakan setiap jengkal kulit masing-masing, mendadak enggan untuk bersentuhan.


"Habis ini, lalu apa? Kamu sendirian. Aku sendirian. Buat apa? Kenapa kita tidak berdua lagi saja?"


Suaramu pertama dalam setengah jam terakhir.


Mulutku refleks membuka, ingin menjawab. Tapi tak ada bunyi keluar selain tiupan karbondioksida. Aku tak tahu jawabannya. Aku tidak tahu sesudah ini lantas akan terjadi apa. Aku tidak ingin bersamamu cuma karena enggan menangani kesendirian. Aku tidak ingin bersamamu cuma karena enggan sendiri. Kau tidak layak untuk itu. Seseorang semestinya memutuskan bersama orang lain karena menemukan keutuhannya tercermin, bukan ketakutannya akan sepi.


"Apa artinya cinta yang tidak lagi sama, yang kamu sebut-sebut sejak tadi itu? Memang cinta itu ada berapa macam?" tanyamu dengan nada meninggi. Air mata yang tadi sudah reda tampak siap-siap melancarkan serangan lanjutan. Entah berapa gelontor lagi yang bakal tiba. Mendadak aku lelah karena harus menjelaskan variasi cinta macam pedagang yang mempresentasikan katalog produk.


Aku tidak tahu cinta punya berapa macam varian. Kau harus bertanya langsung pada hatiku, karena dialah yang satu hari menutup dan mengucap: "cukup." Dia yang berkata: "aku tidak lagi jatuh, jalan ini sudah jadi jalan lurus. Teruskan maka aku mati, karena takdirku adalah jatuh. Bukan berjalan di setapak datar apalagi mendaki."


Hati ini adalah air, aku lantas menyimpulkan. Baru mengalir jika menggulir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Ada gravitasi yang secara alamiah menggiringnya. Dan jika peristiwa jatuh hati diumpamakan air terjun, maka bersamamu aku sudah merasakan terjun, jumpalitan, lompat indah. Berkali-kali. Namun kanal hidup membawa aliran itu ke sebuah tempat datar, dan hatiku berhenti mengalir. Siapa yang mengatur itu? Aku pun tak tahu. Barangkali kita berdua, tanpa kita sadari. Barangkali hidup itu sendiri, sehingga sia-sia menyalahkan siapa-siapa.


Aku ingin mengalir. Hatiku belum mau mati. Aliran ini harus kembali memecah dua agar kita sama-sama bergerak. Sebelum kita terlalu jengah dan akhirnya pasrah dalam amarah.


Jadi, aku tidak tahu cinta itu terdiri dari berapa macam. Yang kutahu, cinta ini tersendat, dan hatiku seperti mau mati pengap. Kendati kusayang kamu lebih dari siapa pun yang kutahu. Kendati bersamamu senyaman berseliut pada saat hujan. Aku aman. Namun aku mengerontang kekeringan. Dan kini kutersadar, aku butuh hujan itu. Lebih dari apapun.


"Kamu akan menyesal.." gumammu lagi.


Mungkin. Kini kita tak mungkin tahu.


"Enam tahun. Kita akan buang enam tahun itu begitu saja?" Retorikal dan getir, kamu bertanya.


Kamu bukan tisu sekali pakai. Kita tidak mungkin membuang apapun jika kita percaya hati bukan diperuntukkan untuk menyimpan. Otakku merekam dan menyimpan kamu, kita, dan enam tahun ini. Mengalir, hanya mengalir. Namun kata-kata membeku di ujung mulutku seperti stalaktit dan stalagmit. Tampak dinamis dalam konsep tapi tidak bergerak.


"Ngomong, dong!" Tiba-tiba suaramu meledak murka.


Bentakanmu seperti aba-aba perwira yang menggerakkan kedua tanganku untuk tahu-tahu merengkuhmu. Refleks yang tak kusangka akan muncul.


Tubuhmu berontak. Kurasakan amarahmu, sakitmu. Kupererat rengkuhanku. Tanganmu meronta, berusaha melepaskan diri. Wajahmu kau tarik menjauh. Segala macam cara kau erahkan untuk bebas dari pelukanku. Namun aku bertahan.


Rasakan, bisikku dalam hati. Panas tubuh kita berdua mencairkan apa yang sudah beku bertahun-tahun. Rasakan betapa lamanya kita terlelap dan membiarkan aliran itu padam. Begitu terbiasa kita memandangi taring-taring es itu hingga menjadi layaknya aksesori ruangan, padahal kita sudah mau mati kedinginan, kekeringan. Kamu tak layak didera. Kita tak layak disiksa.


Berangsur, tubuhmu tenang. Otot-ototmu yang tegang mulai melemas, lelah meronta, dan lunglai pasrah dalam pelukanku. Kau mulai menangis. Aku mulai menangis. Lenganmu perlahan mendaki dan balik mendekapku. Kita resmi berpelukan.


Cukup lama tubuh kita terpaut hingga kata-kata yang menggantung beku mulai cair dan mengalir ke dalam darah kita masing-masing. Hatimu tahu, seperti hatiku pun tahu. Nadi kita mendenyutkan pesan-pesan yang tahunan sudah menanti untuk bersuara. Inilah keindahan yang kumaksud. Kejujuran tanpa suara yang tak menyisakan ruang untuk dusta. Sakit ini tak terobati dan bukan untuk diobati. Dan itu jugalah keindahan yang kumaksud. Rasakan semua, demikian pinta sang hati. Amarah atau asmara, kasih atau pedih, segalanya indah jika memang tepat pada waktunya. Dan inilah hatiku, pada dini hari yang hening. Bening. Apa adanya.


Hati-hati, lenganku melonggar, melepaskan tubuhmu. Aku tahu aku telah dimengerti, meski sekali saja pelukanku. 


Aliran ini memecah. Indah. Meski aku berbalik pergi dan tak kembali.




dan dalam hal ini, aku, berada dalam posisi seseorang yang dipeluk, untuk dimintai pengertian, lalu kemudian ditinggal pergi. dan tak kembali.


Aku tau, suatu saat hal ini pasti akan terjadi. Kita sama-sama tahu, dan kamu sudah berulang kali mengingatkan hal itu kepadaku. tapi rasa ini benar-benar tidak bisa aku cegah, semua ini seakan diluar kuasaku. sampai pada akhirnya aku berjanji dan bertekad, apabila hari itu tiba, aku pasti akan kuat. kuat menerima segala hal yang akan terjadi, segala risiko yang harus aku tanggung karena pilihan ini. dan kamu pun berjanji untuk memberitahu semua yang terjadi, semua tanda-tanda, saat hari itu tiba. karena kita pasti tidak akan kuasa untuk menolak, atau mencegah datangnya hari itu. sepasang janji kita ini mampu menguatkan aku untuk selama ini menjalani hari-hari penuh sayang, yang bahkan setelah kita tau bahwa jalan ini masih mengambang, setelah kita tau bahwa mungkin jalan dan tujuan itu hanya fatamorgana.


yang berbeda dari kisah kita dan kisah fiksi itu adalah, kamu tidak pernah jujur, meminta pengertian dari ku, tidak ada penjelasan mengenai semua ini. dan aku harus sedikit demi sedikit meraba segalanya, mencoba mengaitkan satu hal dengan hal lainnya, sampai akhirnya merujuk pada satu titik kesimpulan: hari itu, hari yang sangat kita hindari, akhirnya tiba. dan aku bahkan tak sempat bersiap dan mempersiapkan segalanya. 


kau tau? mungkin pada awalnya aku berpikir akan kuat menerima segalanya. Iya, aku kuat. aku yakin pasti akan kuat. Tapi itu hanya dengan kondisi jika kamu juga membantu menguatkan aku, kamu membantu memberi pengertian ke aku, seperti janji kamu dulu. tapi sekarang, apa kenyataannya?


jadi jangan salahkan aku kalau aku membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk sembuh dari semua ini.




Friday, February 10, 2012

intern

sedikit cerita tentang pengalaman intern ku selama liburan sebulan kemaren, kan ceritanya aku magang di PT Tigaraksa Satria, Tbk, yang letaknya ada di kawasan Kuningan. sebenernya dulu pas bulan Desember, aku cuma iseng-iseng aja buat nanya-nanya lowongan magang di sana. masih rada bingung juga sih, antara mau magang, atau liburan sambil nyiapin proposal. nah pas waktu gambling itu, akhirnya aku beranikan diri deh nanya ke sana, (waktu itu langsung hubungin mbak Ika, Manajer OD-nya langsung). dan voillaaaa, ternyata di sana emang lagi butuh tenaga magang. makanya, setelah diinterview sedikit, akhirnya resmi deh aku diterima magang di sana.

oh iya, kenapa waktu itu aku langsung hubungin mbak Ika? karena dia dulu pernah ngisi kuliah tamu di kelas aku, waktu itu di kelas Budaya Organisasi, makanya aku tau alamat email dia apa. sebenernya dulu (pas liburan semester lalu) aku juga udah pernah kontak beliau buat nanya tentang magang, tapi sayangnya waktu itu di sana lagi gak nerima magang. untungnya, yang kemaren ini bisa, walaupun aku cuma bisa satu bulan :)

alasan lain buat magang? kalau orang lain kan (anak FE lain) biasanya magang buat sks, atau buat penelitian skripsi atau buat bikin laporan magang buat kelulusan (khusus anak akun). makanya mbak Ika dan orang-orang di kantor tuh pada ngiranya aku lagi buat magang sks gitu. padahal kan aslinya aku magang cuma buat ngisi waktu liburan doang, yah walaupun awalnya juga masih bingung mau jadi atau gak kan :p. tapi sebenernya, ada satu alasan lain lagi yang bikin aku sampe rela mengorbankan masa liburan yang cuma satu bulan ini. jadi kan ceritanya sekarang di CIMB udah ga wajib magang tuh katanya. yaa secara kalo mau diwajibin juga kan gak ada tempatnya, sistemnya gak jelas, dan alih-alih beneran kerja magang, yang ada malah gabut ga jelas. gitu sih pengalaman kebanyakan temen aku yang udah magang di sana. makanya, semakin males lah aku buat apply magang, sampai pada akhirnya dinyatakan untuk tidak diwajibkan, leganyaaaa :) trus kenapa harus cari magang di tempat lain? itu semata-mata aku lakukan buat bisa dapetin pengalaman, dari magang itu. apapun lah, sekecil apapun pengalaman itu, soalnya temen-temen ku yang lain juga udah banyak banget yang pernah magang, dan pasti mereka udah punya banyak banget pengalaman, dong? nah, aku pengen bisa punya pengalaman kayak mereka :)

dan untungnya, jalanku untuk cari tempat magang itu dipermudah. untung aku masih nyimpen alamat email mbak Ika, untung di sana masih mau nerima magang. :)

pas magang, awalnya aku cuma disuruh bantu-bantu doang. ya emang karena aku magang bukan buat cari nilai atau laporan apapun, jadinya ya sifatnya aku cuma sebagai pendukung doang. bantu-bantu doang. pernah suatu ketika aku disuruh ngangkat-ngangkat banner, nyiap-nyiapin kertas, ngitungin kaos, yaa pokoknya hal-hal yang sepele banget lah, yang bahkan orang yang gak kuliah aja bisa ngelakuin itu. nah, waktu itu muncul deh ego ku, yang dengan sangat songong-nya mikir: "dih, aku kuliah susah-susah di UI, kenapa pas magang malah disuruh ngerjain beginian?? " wakakakak

songong banget ya, emang. waktu itu masih yang sangat berpikiran pendek banget, bahwa aku yang selama ini ngerasanya udah susah payah kuliah di universitas yang susah juga, eeh pas magang malah ngerjain hal-hal yang ecek-ecek. apa kata dunia?? haha. padahal aku lupa, bahwa segala sesuatu yang besar itu pasti selalu diawali dengan hal-hal yang kecil. untungnya waktu itu aku cepet tersadar, bahwa "apapun yang kamu lakukan di sini, sekecil atau seremeh apapun tugas yang mereka kasih ke kamu, tapi itu pasti ada artinya, ada manfaatnya. dan itu sangat berarti buat mereka, kontribusi kamu tuh bener-bener dibutuhkan, walaupun mungkin saat ini masih baru sampai sebesar itu aja. dan yang jelas, hal itu jauh lebih baik daripada kamu cuma berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa."

jeng jeeeeng.....langsung sadar deh aku. dan sejak saat itu, apapun kerjaan yang dikasih ke aku, alhamdulillah udah bisa dijalankan dengan lebih ikhlas, dan hasilnya? lebih enjoy :) yaah walaupun kadang suka disuruh bolak-balik naik turun ngasih file ke orang yang sama sekali gak tau, walaupun kadang suka nyasar dan malu kalo salah orang.. tapi, it's so precious :) hikmahnya? bisa ketemu banyak orang, kenal banyak orang, ngobrol sama orang-orang penting, daaaaan tau lebih banyak info tentang pekerjaan dan seluk-beluknya hehe

setelah sekian lama cuma jadi "pelengkap" aja, akhirnya sampailah aku di satu fase di mana aku dikasih satu project penuh buat dikerjakan, waktu itu aku disuruh menangani masalah PA (Performance Appraisal) perusahaan. waktu itu aku gak sendirian sih, masih dibantu sama beberapa karyawan di sana juga. tapi berhubung mereka juga sibuk dan masih punya tugas lain, jadinya lama-lama project PA itu aku sendiri yang ngerjain haha. seneng banget akhirnya bisa bener-bener praktek, lain sama di kampus yang cuma tau tentang teorinya doang, di sini aku bisa langsung tau gimana penerapan PA di perusahaan, indikator-indikatornya apa aja, gimana mekanisme penilaiannya, dan lain sebagainya. capek sih, rempong juga, tapi... seneng!

apalagi ngurusin file-file PA dari seluruh karyawan yang tersebar di seluruh cabang di seluruh Indonesia. bukan perkare mudah. untung mbak-mbak dan bapak-bapak karyawan di sana mau ngajarin :) akhirnya selama kurang lebih dua minggu lah aku selesai ngerjain PA. dari review, ngoreksi, input, ngolah, sampai filing berkas PA. tau gak rasanya gimana pas semua itu udah selesai? lega.. :)

di sana aku gak cuma ngehandle PA doang, kadang juga disuruh bantu-bantu buat hal-hal yang administratif, kayak misalnya nelponin cabang, nelpon kandidat MT buat tes dan interview, trus juga bantu-bantu jadi EO buat acara-cara HRD, koordinasi rapat-rapat yang ada di cabang, trus juga bikin dokumen ini-itu, pokoknya banyak deh. di sana gak pernah gabut, yang ada malah sering lembur haha 

yang juga bikin betah di kantor adalah suasana nya yang kekeluargaan banget, yang deket banget satu sama lain. apalagi sama orang-orang di divisi aku. tiap hari makan bareng, ngobrol bareng, pulang bareng. pas awal-awal sih masih yang rada jai-jaiman gitu, tapi... pas mulai hari keempat... beuh, keluar semua aslinya! haha. I'll miss you all :)

waktu memasuki hari-hari terakhir magang, rasanya waktu itu cepet banget berlalu. nanti udah gak bareng mereka lagi, nanti udah gak akan lagi bangun pagi-pagi banget buat ngejar kereta jam setengah 7, nanti gak akan pulang sampai kosan jam setengah 8 malem lagi, nanti gak akan naik kereta sampai ke Manggarau lagi, nanti gak akan jalan-jalan di sekitaran Kuningan lagi, nanti gak akan kedinginan di ruangan itu lagi... :(

tapi memang begitu lah hidup, selalu ada datang dan pergi. itu yang sudah pasti. dan yang harus kita lakukan hanyalah mengisi jarak antara kedatangan dengan kepergian itu dengan hal-hal yang baik, yang bermakna, dan berguna bagi orang lain. hingga saat masa perpisahan itu tiba, gak ada hal lain lagi yang diingat selain kenangan manis di antara waktu-waktu yang indah itu :)

dan sekarang ini, aku pengen ngucapin banyaaaaakkk banget terima kasih, buat semua pihak yang udah sangat berbaik hati sekali mau ngajarin aku selama ini, mau ngasih kesempatan buat aku untuk tau segalanya lebih banyak.

pertama, buat mbak Ika, Ex-Organization Development Manager, yang melalui beliau aku bisa dapet kesempatan magang. seneng banget liat mbak Ika, cantik, semangat, pinter. anaknya juga lucuuuu banget hehe. sayang banget dia malah resign di tengah-tengah masa magang aku, sempet ngerasa sendirian dan tertinggalkan, tapi ternyata nggak, karena aku masih punya orang-orang lain yang baik banget juga di sini hehe. Goodluck mbak Ika buat bisnis keluarganya... :)

terus, buat mbak Mita. dia ini partner aku di divisi OD. mbak Mita yang ternyata cuma satu tahun lebih tua dari aku (haha), yang selalu sibuuuuk banget, yang selalu manggil semua orang dengan panggilan "Neng", yang enak banget buat diajakin ngobrol dan menggosip. hahaha. thanks mbak Mita.. :)

Mbak Meli, orang yang waktu itu pertama kali interview aku. pas aku udah masuk, eeh dia nya malah lagi cuti melahirkan, sampai sekarang belum balik ngantor lagi. jadi belom begitu kenal, tapi makasih yaa mbak Meli.. :)

Faniiiiiiii. anak PKL dari SMK 8. yang bawel, lucu, ceria, walau kadang suka kumat alaynya hahaha. sempet jadi partner juga di OD. tapi sayangnya, pas udah kompak banget bertiga (aku, Mba Mita, ma Fani), eh tiba-tiba si Fani dipindah ke divisi Finance di lantai 5. sedih banget, tinggallah aku berdua ma Mba Mita yang krik-krik di ruangan gede itu. tapi walaupun udah beda lantai, tiap makan siang si Fani selalu turun ke lantai 1 dan makan bareng kita hahaha. pulang juga masih selalu bareng. aaaahhhhh kangen.

Anggi, anak PKL juga dari SMK 8. kembar siamnya si Fani, yang ke mana-mana selalu sama dia hahaha. kalo sama ini anak, kita selalu ngobrol tentang film, musik, buku, novel. sampe bahas-bahas yang gak jelas juga tentang Raditya Dika, Pocong, sama Dee Lestari hahaha. selalu heboh kalo ada informasi baru. update gilak! thanks ya Nggi, udah minjemin aku Perahu Kertas, hihihihi

Mbak Mita Purchasing.. namanya sama kayak mbak Mita OD, hahaha. awalnya belom kenal banget, etapi pas udah kenal, beuhhhh. cerewet gilak! hahahaha *peace*

Mbak Rini.... HRBP Officer yang akhirnya diangkat jadi OD Manager buat gantiin Mbak Ika.. Ibu yang satu ini keren, baru kelar cuti melahirkan, dan udah langsung sibuk lagi aja. suka dengerin mbak Rini kalo lagi cerita tentang anaknya hehe. sempet deg-degan waktu pertama kali kerja bareng dia, semeja, dan bener-bener kerja bareng dia, discuss ma dia. tapi lama-lama udah kebiasa juga sih sampe akhirnya pas hari terakhir kemaren negelmbur bareng dia ma Mba Mita haha. memorable.

Mbak Tasyaaaaaa.. HRBP Officer yang rajin banget, rapi banget orangnya. ramah banget juga. dari sekian banyak HRBP Officer, yang paling deket dan paling aku suka ya Mbak Tasya. dia udah baik, pinter, cantik, rapi, ramah lagi. gampang bisa deket ma dia. makasih banyak ya mbak Tasya udah ngajarin aku banyak... pas kemaren pamitan sama Mbak Tasya, rasanya kayak mau nangis haha. tapi nanti aku maen-maen lagi kok Mbak ke sanaaaa :)

Mbak Erniiiii, yang selalu sibuk nelponin aku nanyain tentang PA hahaha. dapet julukan dari dia "Ahli PA periode ini" hahaha. makasih mbaaaa atas kepercayaannyaaa :)

Mbak Selly, yang selama ini dia selalu sibuuuuuk banget, jadi semua kerjaan dia yang menyangkut PA jadinya aku yang handle. *fiuh*. tapi gapapa, justru dengan begitu aku jadi semakin tau, walaupun awalnya juga masih sering salah-salah hihihihi

Pak Firmaaaan, bapak yang ngurusin PA regional 4. beban kerja dan beban moralnya gede banget, karena regional 4 adalah yang paling susah buat ngumpulin PA, sampe-sampe udah ditelponin terus tapi gak ngumpul2 juga. maaf ya pak, kalo saya sering bawel nelponin Bapak.. *disuruh sama Mbak Ika pak, beneran*

Pak Yunusss, sebelahan ma Pak Firman, tapi PA nya juga aku yang handle. haha. terima kasih, pak! :)

Mbak Nanaaaaa, PIC nya job vacancy. jadi selalu dapet info terkini tentang rekrutmen, lowongan kerja, sama magang dari dia. maafkan daku sering nanya-nanya, mbak. hehe

Mbak Rereeeee, yang selalu sibuk mondar-mandir ke sana kemari. seringnya tiba-tiba masuk ruangan dan ngenalin karyawan baru yang masih malu malu meong itu. info rekrutmennya juga ditunggu ya mbak! hehe

King. nama aslinya gak tau siapa, tapi dia selalu dipanggil King. seorang laki-laki (yang ternyata masih magang juga di situ, masih kuliah juga, kirain dia udah kerja), yang kalo dari jauh kayaknya pendiem, tapi ternyata, beuhhh. cerewet juga. *geleng-geleng kepala*

Mayaaa. anak magang juga, yang lagi berjuang buat nyelesaiin skripsinya. semangat ya Maya, aku belom kenal banget ma kamu, abis jarang banget sih liat kamu di kantor hihihi

Mba Diaaaan. anak magang juga, yang dia tiba-tiba udah selesai aja gitu magangnya karna mau konsen ke TA nya. daaan, dia gak pamitan gitu loh pas mau pergi. parah! makasih mba Diaaaan :)

Dian, akan PKL, dari SMK mana gitu, lupa haha. anak PKL yang gantiin Fani selama 3 hari di OD, buat bantu-bantu ngurus PA. dan akhirnya dia juga sering ditarik ke lantai 2 juga buat bantu-bantu haha. sibuk ya nak, kamu :D

Mas Damat sama Baihaki, sang OB yang selama ini udah sering banget bantuin aku ma Mbak Mita buat angkat ini-itu, cariin ini-itu, mintain ini-itu, hahahaha. makasih yaaa :)

Pak Catur, tetanggan sebelah yang merupakan GA & Building Manager, yang tiap hari selalu lembur dan gak pernah makan di luar. ckckckck. makasih Pak, bantuannya selama ini :)

daaaan, masih banyak lagi. 
tapi pegel euy ngetik terus.
segini doang deh ya :D




Thursday, February 9, 2012

hello again

hhhhhh

rasanya.. sudah lama sekali gak mampir ke sini. maaf, bukannya bermaksud buat sombong. apalagi  bermaksud melupakan dan meninggalkan. tidak sama sekali. cuma, akhir-akhir ini hati dan hidup ini rasanya sedang sangat sendu diterpa badai dari segala arah. berhubung suasana hati juga lagi gak menentu, jadi lebih baik memilih diam. diam itu emas, kan? andai saja pepatah itu masih berlaku.

mengawali malam kembalinya aku di dunia maya ini, rasanya pengen banget bisa bercerita banyak. berbagi sedikit pengalaman aku selama "cuti" sebentar dari jagad percurhatan ini. (ampun dah bahasanya). well, ada banyak banget cerita, yang selama ini aku pendam sendiri. benar-benar sendiri. aku udah ngerasa gak punya siapa-siapa, siapa-siapa yang bisa selalu sedia menampung semua celotehanku, semua hal omong kosong yang mungkin sangat sepele dan tidak berarti. akhirnya aku terbiasa untuk diam sendiri. toh, diam itu emas, kan? lagi.

tapi yang namanya manusia, sediam apapun, sekuat apapun niatan ku buat menyimpan segalanya sendiri, tetap saja gak bisa. benar-benar sulit dan menyiksa. karena seperti yang dikutip oleh Dee di novelnya yang berjudul Madre, "menulis blog bukan hanya merupakan rutinitas, tetapi juga terapi." ya, terapi. karena saat kita -atau aku- mulai menorehkan seuntai demi seuntai kata, walaupun kadang dengan diksi dan gaya bahasa ngawur acak-acakan dan dipaksakan, tanpa kita -atau aku- sadari itu sudah membantu mengeluarkan "racun-racun" di dalam pikiran dan perasaan kita -atau aku-. hasilnya? masalah mungkin masih tetap ada, tetapi bebannya... sedikit berpindah. ke suatu hal yang bernama blog ini. terima kasih.

dan mengenai postingan-postingan aku sebelumnya. aku tau dan sadar betul bahwa semua hal yang pernah aku post sebelumnya benar-benar merefleksikan diri aku, yang ternyata masih sangat labil dan tidak dewasa. memang, pada awalnya aku berdalih bahwa "ini blog blog aku sendiri, jadi terserah aku dong mau nulis apa. lagi pula tidak banyak orang yang tau dan peduli. dan bahkan mungkin gak akan ada yang baca." ya, begitulah, dan mungkin sampai saat ini aku masih akan tetap berpikiran demikian, terus menulis apapun yang aku pikirkan dan pengen aku tulis, walaupun kadang di kemudian hari aku kembali tersadar, bahwa betapa naifnya aku selama ini. terserah.

tapi aku gak mau cuma menjejali tempat ini dengan segala keluh kesahku tentang hal  yang sama. aku udah terlampau lelah untuk itu. jauh di dalam lubuk hati yang paling dalam, aku ingin bisa tertawa lepas seperti dulu, tertawa lepas bagai seorang anak kecil yang didorong oleh ayahnya di atas ayunan. tertawa lepas, seakan dunia dan segala isinya tersedia untuk dia.. tertawa lepas, sampai tulang pipi ini rasanya pegel dan mau lepas. aku pernah, tertawa lepas seperti itu. bener-bener sampai tulang pipi ini rasanya sakit sekali karena kebanyakan kontraksi. tapi kenyataannya, walaupun mulutku tertawa lepas, hati ku tidak. bukan cuma tulang pipiku yang sakit, tapi ternyata, hatiku justru lebih sakit.

entah apa ini namanya, entah apa yang lagi aku tulis sekarang, entah kenapa segalanya berubah menjadi dingin dan datar, bagai berjalan di atas balok es. berusaha mencari kehangatan, yang entah berada di mana sekarang.

hey, untuk kamu. terima kasih, untuk semuanya. aku udah terlalu lelah buat berbasa-basi. aku udah terlalu muak untuk menjelaskan semua, hal-hal yang gak akan pernah bisa kamu ngerti, entah karena penjelasanku yang sulit dimengerti, atau emang kamu nya yang gak pernah mau ngerti.

aku capek, selama ini kamu selalu misunderstood. aku capek, selama ini harus selalu jadi satu-satunya pihak yang berusaha, berharap, dan berjuang untuk ini. aku sedih, ketika akhirnya segala sesuatu yang udah aku usahakan selama ini sia-sia. bagaikan debu yang dengan sekejap hilang tersapu angin. aku sakit, saat akhirnya aku tau bahwa kamu gak pernah kasih kesempatan sama sekali ke aku.

sekuat apapun aku berusaha, kamu gak pernah mau terima, iya kan? aku gak butuh penjelasan panjang lebar dari kamu, aku udah terlalu capek. toh semua yang udah sempat kamu jelasin keorang-orang, ke orang lain, dan bahkan gak langsung kamu sampaikan ke aku, aku tau semua itu pasti cuma alibi kan? apapun alasan kamu saat itu, kenyataan yang menilai segalanya, dan ternyata, itu semua cuma alibi. cukup tau saja.

sekarang, silahkan kamu beredar di luaran sana, aku gak akan menghalangi kamu lagi. mungkin di sana kamu bisa dapetin sesuatu yang jauuuuuh jauh lebih baik. dan akhirnya memang kamu udah dapetin itu, kan? selamat. aku hargai keputusan kamu, pilihan kamu, walaupun awalnya aku masih egois untuk tetap berusaha mempertahankan kamu, bahkan aku sampai menjelek-jelekkan diri ku sendiri, menyalahkan diriku sendiri, demi menghibur diriku sendiri dengan menanmkan bahwa "dia pergi, karena kesalahan kamu."

tapi ternyata? bahkan alam semesta pun tau, apa yang sebenar-benarnya terjadi. ternyata bukan aku, tetapi kamu. kamu inti dari segalanya. kamu. yang, tidak. berhati.

pergi sajalah. toh kamu sudah dapetin yang lebih baik. pergi sajalah. toh semua yang aku lakukan gak pernah bisa bikin kamu kembali dan tetap berada di sini.

kamu tau gimana rasanya? saat sesuatu yang pernah kita miliki dan dekap dengan erat, tiba-tiba hilang begitu saja? tanpa bekas? saat suatu hal yang awalnya kita kira sebagai cerminan diri kita sendiri, saat segala keutuhan kita terpancar dan tercipta dari keberadaan orang itu? saat "cerminan" diri itu tiba-tiba retak, patah, dan bahkan hancur?
kelak kamu akan merasakan hal itu. sakit itu.

pergi saja, aku gak akan menghalangi lagi.
dan aku akan menutup pintu itu, pergi berlari. menjauh, dan takkan menengok ke belakang lagi.

pergi saja ke arah ke manapun yang kamu suka. atau tetap berdiam di sana, terserah.
tapi aku, aku akan terus berlari. berlari. dan berlari.

mata ini panas. tapi aku sudah terlalu lelah untuk menangis.

berlari. berlari.