Ya. I've found you. Setelah entah berapa lama lost contact.
Namanya Yudis. Yudistira Satria Wibowo. Suka banget sama namanya. Sama orang dan sifatnya juga. Aku emang belum pernah bisa kenal lebih jauh lagi sama dia. Belum pernah ada kesempatan, lebih tepatnya. Sejak dari SMA dulu -sekitar tahun 2007- sampai sekarang. Emmm ceritanya agak absurd. Mungkin judul yang paling tepat adalah "one-sided love". Apakah itu? Hal yang lumayan menyedihkan di dunia ini.
History:
Aku udah suka, sayang sama Yudis sejak 2007 lalu. Sampai sekarang, jadi kurang lebih udah 5 tahunan, ya. Gila. Walaupun dulu aku juga udah pernah punya "kisah" lain, tapi entah kenapa ujung-ujungnya selalu balik ke Yudis. Entah mengapa. Tapi nyatanya, once you love someone, that feeling will always there. Kecuali kalo emang udah ada ending dan closure yang jelas, nanti feeling itu bakal ilang sendiri. Tapi sama Yudis? Belum pernah mengenal kata "closure".
Pertama kali liat Yudis, pas kelas 3 SMA dulu. Ceritanya kelasku sama kelas dia digabung di mapel seni musik, buat nampilin suatu pagelaran musik. Jadilah kita latihan bareng. Suatu hari aku ngerasa baru pertama kali liat dia. Aku pikir dia anak kelas lain yang lagi main-main aja di ruang musik. Tapi ternyata, dia sekelompok sama kelasku. Pas pertama liat dia, aku langsung suka. Well, gak memungkiri, pas pertama diliat pasti face-nya. Dia lucu. Imut. Dan dia jago main gitar (atau bass, ya waktu itu. Lupa).
Selama beberapa kali kita latian, aku juga sering ga sengaja liat dia. Aku emang tipe orang yang gampang kagum sama orang yang jago main musik, jadi ya gitu deh. Semakin suka aja liat dia. Apalagi dia juga orangnya baik (kayaknya). Kita masih jarang ngobrol sih waktu itu. Sampai waktu itu kita shalat berjamaah, dia yang jadi imamnya. Awalnya aku mikir, "ah, cowok gaul kayak dia pasti bacaan shalatnya biasa aja."
Tapi ternyata aku salah. Bacaan shalatnya, subhanallah. Untuk ukuran anak SMA, menurutku bagus banget. Jadilah aku semakin kagum sama dia.
Waktu hari-H pentas seni itu, ada beberapa kejadian antara aku sama dia, yang bikin aku deg-degan. Kejadian sepele, sih. Misalnya waktu dia tiba-tiba milih duduk di belakang aku (yang waktu itu aku sampe GR banget, padahal setelah ditelisik lebih jauh lagi, dia pasti duduk di belakang aku karena di atas kita ada kipas anginnya. jadi biar adem gitu); trus juga waktu aku numpahin minuman di kaki dia. trus kalo gak salah inget, dulu kita juga sering diledekin sama temen-temen.
Mungkin emang amat sangat sepele banget, tapi buat aku yang lagi "jatuh cinta" waktu itu, cukup buat bikin aku sesek gak bisa nafas. True story.
Aku pernah baca di suatu tempat, katanya:
"When you like a guy, do nothing about it and expect him to magicallly know and make the first move." (Women's Logic)
Ya, kayanya itu women's logic. Tapi aku bukan tipe perempuan yang kayak gitu. Aku selalu pengen usaha dulu, entah bagaimanapun caranya. Entah ini sisi positif atau sisi negatif.
Jadi, singkat cerita, aku sampai minta nomor HP dia ke temenku yang sekelas sama dia. Mulailah kita SMS-an, cerita ini-itu, ketawa ketiwi gak jelas. Dulu kita juga sempet mau ketemuan gitu ngobrol langsung, tapi trus dia batalin karena dia mendadak harus ke luar kota. Sedih banget waktu itu, tapi yaudahlah. Trus waktu kita perpisahan SMA, rasanya pengen banget bisa ngobrol sama dia waktu itu, tapi karena kita gak sekelas jadi susah ketemunya. Padahal malem sebelum perpisahan itu kita masih SMS-an.........
Sampai akhirnya aku jujur sama dia kalo aku suka ma dia. Awalnya dia kaget, dan akhirnya dia juga bilang kalo dia ada rasa juga ke aku (entah itu bener atau bohong). Tapi dia bilang kalo lebih baik kita sahabatan aja, lagian kan kita baru lulus SMA, masih banyak hal yang harus kita pikirin. Masih banyak hal yang harus kita raih. Kita harus bisa membanggakan dan membahagiakan orang tua kita dulu.
Reaksiku waktu itu: OMG, Yudis bener banget. Ya ampun, dia wise banget sih, udah sampe mikir ke sana. Oke deh, yuk kita raih cita-cita kita dulu. Gak apa-apa deh cuma sahabatan dulu sama dia.
Reaksiku sekarang: OMG, itu tuh tandanya secara gak langsung dan secara halus dia nolak kamu! Dia gak suka sama kamu!
Keliatan banget kan, dulu segimana naif-nya aku.
Ya, dengan berbekal ke-naif-an dulu kala, aku tenang-tenang aja. Tetep sayang sih sama dia. Cidaha. Cinta dalam hati. Kita masih sempet komunikasi sih, kadang-kadang. Buat aku (waktu itu), yang penting kita masih bisa keep in touch.
Oh iya, ada satu lagi top secret yang belum aku share. Yudis adalah orang yang bikin aku memutuskan buat pindah jurusan dari Matematika ke Manajemen. Kenapa bisa? Begini ceritanya.
Dulu di Matematika kan bisa dibilang aku gak suka. Udah gitu susah. Jadi stress lah akibatnya. Nah, waktu itu aku sering membayangkan, kira-kira Yudis di sana belajar apaan, ya? (Kebetulan Yudis kuliahnya ambil Manajemen). Alhasil aku tanya-tanya ke temenku yang anak manajemen, pinjam buku-buku dia. Dengan harapan bisa lebih jelas mengira-ngira Yudis belajar apa. Eh, akhirnya aku malah ngerasa kalau manajemen lah yang pas buat aku. Aku suka sama materinya. Mungkin terpengaruh secara subyektif juga, sih.Tapi akhirnya aku memang memutuskan buat pindah ke Manajemen. Harus.
Sebagai anak IPA yang gak ngerti sama sekali tentang IPS (dan gak punya bukunya pula), akhirnya aku coba-coba buat pinjem buku-buku IPS ke Yudis. Ternyata dia menyambut baik dan dia minjemin buku-buku IPS yang banyak banget. Surprised. Tapi seneng. Jadilah aku semangat banget belajar IPS-nya.
Anehnya, ada beberapa buku itu yang bukan buku dia. Jadi ada yang pake nama orang lain, teman sekelasnya. Aku langsung GR aja, mikir kalo "wah, dia baik banget sampai nyariin dan minjemin buku dari orang juga." Sekali lagi, GR.
Singkat cerita, akhirnya aku berhasil lolos tes SIMAK UI 2009, dan bener-bener masuk manajemen. Aku seneng banget, trus langsung ngasih tau Yudis. Dia juga seneng. Lega..
Tapi setelah itu, kita sama-sama udah mulai sibuk sama kuliah kita masing-masing. Jadi jarang komunikasi. Dan aku malah dapet kabar kalau keluarga dia pindah rumah ke bekasi (dapet info dari adeknya, dengan berbekal SKSD ke adeknya lewat twitter) dan dia keluar dari kuliahnya. Sedih.
Sejak saat itu, bener-bener lost contact. Dan aku seakan udah rela lah kalau di sana dia punya pacar. Toh aku juga bukan siapa-siapanya dia kan, gak berhak buat marah. Aku sempet nemu FB dia, tapi gak aku add karena aku gak mau ganggu hidup dia lagi. Yah, akhirnya kita punya kisah masing-masing.
Akhirnya skripsiku kelar. Kuliahku selesai. Di momen-momen yang penuh kebahagiaan itu, aku mulai flashback perjalanan studi ku dari awal di manajemen. Tiba-tiba teringat, kalau aku bisa sampai kayak sekarang ini ya salah satunya atas jasa Yudis. Bagi dia mungkin bantuannya waktu itu cuma hal kecil yang gak berharga. Tapi buat aku, justru itulah yang menjadi awal dari segala pencapaian aku selama ini. Sometimes the little thing you do to other, means a whole world for them.
Makanya aku bener-bener bersyukur dan berterima kasih sama dia. Pengen rasanya mengucapkan terima kasih secara langsung ke dia, tapi dengan cara apa? Aku spesial memasukkan nama dia ke salah satu daftar di ucapan terima kasih di skripsi aku. Dan, you know what? Nulisnya pake hati. Suer.
Aku punya ide. Aku fotoin bagian ini, trus aku twitpic ke adeknya, dan minta tolong ke dia buat nunjukkin ini ke Yudis. Yah, itulah satu-satunya cara yang aku bisa tempuh buat menyampaikan rasa terima kasihku buat dia. Bahkan adeknya sempet ngeledekin aku juga. Dan dia ngasih nomor HP Yudis, tapi sampe sekarang aku gak pernah hubungin dia. Kenapa? Karena (kata adeknya juga) Yudis udah punya pacar. Aku gak mau ganggu. Walaupun dengan menghubungi dia bukan berarti mengganggu hubungan dia sama pacarnya sih, tapi aku tetep gak mau. I don't wanna be an antagonist.
Sejak saat itu, my mind and heart are full of love for him (again). Ceritanya mau CLBK, tapi cuma di satu sisi, di sisi aku aja. Tiap saat kepikiran dia. The knight's finally come, but the timing's wrong. Mungkin sampai sekarang kita belum ditakdirkan buat ketermu. Setiap aku inget kalau dia udah punya cewek, aku berusaha buat sadar, tahu diri, dan yah.. menerima keadaan.
Beberapa temen deketku yang tau kalau aku lagi suka lagi sama Yudis, bener-bener kaget dan mempertanyakan. They asked, "Hey, are you serious? I mean, why don't you get another guy?"
atau "Hey, it's been 5 years, and isn't it just wasting your time, loving someone for so long time?"
Mystery:
Aku gak tau harus bilang apa kalau
mereka tanya kayak gitu. Selama ini aku juga udah berusaha buat bisa suka sama
orang lain, tapi nyatanya, until now. he's still the one. The only one I need.
Dan masalah wasting time, aku gak
pernah menganggap kalau menyayangi seseorang itu wasting time. Justru kita bisa
belajar banyak dari situ. Belajar buat pasrah, buat berjuang, buat ikhlas on
the other day. Itu.
Tapi akhirnya aku jadi mikir juga.
Tetap bertahan kayak gini, mau sampai kapan? Toh dai juga gak ada respon
apa-apa. Aku pikir "pergerakan" ku selama 5 tahun terakhir ini udah
cukup. Sisanya, tinggal Allah SWT yang menggerakkan. Kalau memang masih bisa
bergerak.
Kata papahku, kalau emang dia gak
merespon, kenapa harus dilanjutkan? Ya pastilah dia gak ngasih respon apa-apa,
karena dia udah punya pacar, dan dia pasti berusaha buat setia sama pacarnya
(which is good, he does the right thing). Jadi, sudahlah. Kalau memang dia
jodoh kamu pasti dia akan kembali ke kamu, dan dia yang akan gantian
memperjuangkan kamu, sebagaimana kamu memperjuangkan rasa sayangmu ke dia
selama ini. Dan, ingat, tidak semua hal yang menurut kita baik, juga baik
menurut Allah. Jadi, sudah, sudah cukup kamu berjuang sendirian.
Papahku ini emang ajaib. Tau aja
caranya mengingatkan anakanya untuk selalu kembali rasional.
Ini memang sudah sampai di titik
yang di luar kuasa manusia. Sekarang aku cuma bisa pasrah. Dan aku seneng liat
dia udah bahagia di sana. Well groomed, happy life. I'm so happy for you, Yudis
:)
Tadinya aku lagi mau menerapkan
lirik lagunya Rossa yang Menunggu:
Ku menunggu
Ku menunggu kau putus dengan
kekasihmu
Tak akan ku ganggu kau dengan
kekasihmu
Ku kan selalu setia tuk menunggu
mu...
Tapi kok rasanya jahat banget,
mengharapkan orang buat putus sama pacarnya. Astaghfirullah. Jadi sekarang gak
jadi. Pasrah aja lah.
Funny story:
Dulu pas aku masih nunggu dia, aku
sampe nulis gini "Selama anggrek bulan masih belum punah dari muka bumi,
aku akan tetap sayang sama dia." (Kenapa anggrek bulan? Karena pas pensi
dulu kita nampilin akustik pake lagu Anggrek Bulan-nya Chrisye).
da salah satu quote di FB ku aku
tulis "Like you have special motivator. Someone you would run to, wait for
you in the finish line with open arms. Which you have to reach there quickly to
hug him back." (Someone yang aku maksud di situ adalah Yudis itu, yang aku
asosiasikan dia nunggu aku di finish line di Manajemen).
Cinta, se-absurd itu.
"Cinta yang tak mungkin terbang tinggi..."
and... maybe this is my closure.
0 comments:
Post a Comment